Rabu, 04 Desember 2013

desissa23.blogspot.com/beasiswadataprint.html


Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada web ini!
Pendaftaran periode 1 : 1 Februari – 30 Juni 2013
Pengumuman                : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                : 13 Januari 2014

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
150 orang
Periode 2

Selasa, 16 Juli 2013

Ingin

Sudah tiga minggu kami mahasiswa KKN UIN SUSKA Riau berada didesa Lirik Area Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu Riau melakukan kuliah kerja nyata, tapi disini tidak banyak yang dapat kami lakukan karena kondisi desa yang kami tempati sudah maju tidak seperti yang kami bayangkan. Selama tiga minggu kami disini belum ada satu program kkn  yang kami lakukan, hanya mengikuti kegiatan-kegiatan warga yang ada, karna program dari warga lirik Area ini memang sudah ada sebelum kami datang kedesa ini. sebenarnya kami berkeinginan untuk membuat program sendiri dari kelompok kami, tetapi karena ada beberapa hal yang menghambat, maka program tersebut belum bisa terlaksana sampai minggu ketiga ini.

Kami berencana untuk membuat lomba untuk anak-anak yaitu: lomba mewarnai, lomba menggambar, lomba hafalan surat pendek dan lomba do`a sehari-hari, tetapi karena kurangnya dana dan waktu yang mepet membuat lomba ini juga belum terlaksana.

Hari ini, tgl 16 Juli 2013 saya harus banyak belajar memberikan kultum, karena selesai shalat subuh telah dijadwalkan untuk menyampaikan kultum tentang ibadah puasa.

bersambung...

Foto

Didesa Lirik Area Kecamtan Lirik Indaragiri Hulu, Riau

Minggu, 07 Juli 2013

Earning Manajement Good or Bad?


Tugas Mandiri                                                                        Dosen Pembimbing:
Teori Akuntansi                                                                       Andi Irfan, SE, Msc



Earning Manajement Good or Bad?



Disusun oleh:
Desissa Nazrah
11073202212

Akuntansi S1/ VI/ A



FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi berupa posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan.  Pemakai laporan keuangan meliputi manajemen, investor sekarang maupun investor potensial, karyawan, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
Laporan keuangan selain merupakan media komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, juga merupakan sarana pertanggungjawaban yang menunjukkan kinerja manajemen dalam pengelolaan sumber daya perusahaan. Salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba, yang disajikan pada laporan laba rugi.
Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan dalam  proses pelaporan keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan tersebut. Manajemen laba menarik untuk dikaji karena dapat memberikan gambaran perilaku para manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi dapat pula dilakukan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) yang diperkenankan menurut peraturan akuntansi.
Anggapan tentang baik atau buruknya manajemen laba masih menjadi perdebatan dan persoalan yang rumit. Sebagian kalangan mengatakan manajemen laba sah-sah saja dilakukan, sebagian lagi mengatakan manajemen laba merupakan perilaku menyimpang. Saya tertarik untuk memaparkan persoalan tentang manajemen laba, mengkaji, dan berusaha menyimpulkan, tentang baik atau buruknya manajemen laba dalam sebuah makalah yang berjudul “Earning Management, good or Bad?”.
1.2         Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Pengertian Earning Management (manajemen laba)
2.      Isu-isu dalam manajemen laba
3.      Motivasi Melakukan Manajemen Laba dan Mekanisme Manajemen laba
4.      Implikasi manajemen laba terhadap analisis laporan keuangan
5.      Manajemen Laba (Earnings Management) dalam tinjauan etika islam
6.      Apakah manajemen laba itu baik atau buruk?

1.3         Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui apa Pengertian Earning Management
2.      Untuk dapat mengetahui isu-isu dalam manajen laba
3.      Untuk mengetahui motivasi apa saja yang bias menyebabkan seseorang melakukan manajemen laba dan bagaimana mekanismenya
4.      Untuk mengetahui bagaimana implikasi manajemen laba terhadap analis laporan keuangan
5.      Untuk mengetahui bagaimana tinjauan etika islam terhadap manajemen laba
6.      Untuk mengetahui apakah manajemen laba apakah baik atau buruk

1.4         Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang pengertian manajemen laba, motivasi melakukan manajemen laba dan mekanismenya, implikasi manajemen laba terhadap analisis laporan keuangan, tinjauan etika islam terhadap manajemen laba, dan kesimpulan tentang baik atau burukkah suatu manajemen laba itu.

1.5         Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan dan juga perolehan bahan dari media internet yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu dengan tema manajemen laba baik atau buruk?

1.6     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Perumusan Masalah
1.3  Tujuan Masalah
1.4  Batasan Masalah
1.5  Metode Penulisan
1.6  Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran



BAB II
PEMBAHASAN
EARNING MANAGEMENT GOOD or BAD?

2.1     Pengertian Manajemen Laba
Subramanyam dan John (2013, hlm.131), Manajemen laba dapat didefenisi sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper,1989). Seringkali proses ini mencakup mempercantik laporan keuangan, terutama angka yang paling bawah, yaitu laba. Manajemen laba dapat berupa kosmetik, jika menejer memanipulasi data akrual yang tidak memiliki konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika manajer memilih tindakan dengan konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah laba.
Manajemen kosmetik laba merupakan hasil dari kebebasan dalam aplikasi akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Standar akuntansi dan mekanisme pengawasan mengurangi kebebasan ini.
Ahmed riahi dan Belkaoui (2012, hlm.201) Pada dasarnya, defenisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungna pribadi. Hubungan berikut ini adalah hal yang sangat penting untuk dapat memahami manajemen laba sebagai manajemen akrual:
1.      Total akrual = Laporan laba bersih – arus kas dari operasi
2.      Total akrual = Akrual bukan pilihan + akrual pilihan
Para pengambil keputusan yang menggunakan data laporan keuangan seharusnya memang lebih berhati-hati dan bersikap kritis dalam menilai kualitas sebuah laporan keuangan. Pasalnya bisa saja laporan keuangan  yang sedang dinilai telah dimanipulasi atau disajikan jauh dari substansi ekonominya. Manipulasi tersebut bias dilakukan dengan cara yang legal maupun illegal, baik mengikuti maupun melanggar standar akuntansi keuangan yang ada.
Dedhy sulistiawan, dkk (2011, hlm.66) Perusahaan yang melakukan Creatif accounting dengan cara ilegal dan terbukti bersalah bisa dikatakan telah melakukan skandal akuntansi. Pengguna laporan keuangan memerlukan cara untuk mendeteksi manipulasi laba agar tidak  menjadi korban dari trik akuntansi yang agresif atau skandal akuntansi yang mungkin akan terjadi. Manajemen laba dilakukan sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
2.2     Isu-isu dalam manajemen laba
Ahmad riahi dan Belkaoui (2012, hlm.206) menyebutkan isu-isu manajemen laba sebagai berikut:
1.    Sangat mudah untuk menduga bahwa manajemen laba bertujuan untuk memenuhi harapan dari analisis keuangan atau manajemen (yang diwakili oleh peramalan laba oleh public).
2.    Terdapat alasan yang baik untuk memiliki kecurigaan bahwa manajemen laba bertujuan untuk memengaruhi kinerja harga jangka pendek dengan berbagai cara.
3.    Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang asimertis, suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.
4.    Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan diantara pemegang kepentingan.
5.    Strategi perusahaan bagi manajemen laba mengikuti satu atau lebih dari tiga pendekatan: (1) memilih dari pilihan-pilihan fleksibel yang tersedia  dalam GAAP. (2) bergantung pada perkiraan subjektif dan pilihan aplikasi yang ada dalam opsi, dan (3) menggunakan akuisisi serta disposisi aktiva dan waktu untuk melaporkannya.
6.    Permainan laba, atau lebih tepat sebagai permainan laporan laba triwulanan mungkin menjadi alasan utama dalam manajemen laba.
7.    Manajemen laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas. Tiga ambang batas bagi para eksekutif adalah:
a.       Untuk melaporkan laba positif
b.      Untuk menjaga kinerja saat ini
c.       Untuk memenuhi harapan analisis, khususnya analisis untuk peramalan laba.
8.    Manajemen laba dapat berasal dari hasil pemenuhan perjanjian  dari kontrak kompensasi implicit.
9.    Manajemen  laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan : aturan industri yang spesifik dan aturan antitrust
10.     Karena adanya kebutuhan akan subsidi dan perlindungan pemerintah sekaligus pula dengan adanya ketakutan akan investigasi antitrust atau konsekuensi politik lainnya, para manajer mungkin mencari jalan keluar dalam hal manajemen laba.
11.     Penilaian perusahaan secara umum diasumsikan menjadi salah satu sasaran manajemen laba.
12.     Laba negatif secara tiba-tiba umumnya lebih merugikan dari pada revisi ramalan negatif.
2.3     Motivasi Melakukan Manajemen Laba dan Mekanisme Manajemen Laba.
Subramanyam dan John (2013, hlm.132), banyak alasan untuk melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan kompensasi manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah. Insentif utama untuk melakukan manajemen laba dibahas berikut ini:
-          Insentif perjanjian. Banyak perjanjian menggunakan angka akuntansi. Misalnya perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan batas bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapat bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini. Jika laba yang belum diubah berada diantara batas atas dan batas bawah, manajer memiliki insentif untuk meningkatkan laba.
-          Dampak harga saham. Insentif manajemen laba lainnya adalah potensi dampak terhadap harga saham. Misalnya, manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga, atau rencana untuk menjual saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi pasar akan resiko dan menurunkan biaya modal.
-          Insentif lain. Laba sering kali diturunkan  untuk menghindari biaya politik dan penelitian  yang dilakukan badan pemerintah, misalnya untuk ketaatan undang-undang antimonopoly dan IRS. Selain itu perusahaan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk mengelakkan permintaan serikat buruh.

Area yang memberikan kesempatan optimal untuk manajemen laba mencakup pengakuan pendapatan, penilaian persediaan, estimasi cadangan, seperti beban piutang tak tertagih dan pajak tangguhan, dan beban yang hanya terjadi satu kali seperti reskrukturisasi dan penurunan nilai aset.
Subramanyam dan John (2013, hlm.133) menjelaskan dua metode utama manajemen laba yaitu pemindahan laba dan manajemen laba melalui klasifikasi.
a.       Pemindahan laba
Pemindahan laba merupakan manajemen laba dengan memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba ini biasanya menyebabkan dampak pembalik pada satu atau beberapa periode masa depan. Sering kali satu periode berikutnya.
b.      Manajemen laba melalui klasifikasi
Laba juga dapat ditentukan dengan secara khusus mengklasifikasikan beban (dan pendapatan) pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk umum dari manajemen laba melalui klasifikasi adalah memindahkan beban dibawah garis, atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang, sehingga tidak dianggap penting oleh analisis.

2.4         Implikasi Manajemen Laba Terhadap Analisis Laporan Keuangan
Karena manajemen laba mendistorsi laporan keuangan, identifikasi dan membuat penyesuaian manajemen laba menjadi tugas penting dalam analisis laporan keuangan. Namun, meskipun kekhawatiran mengenai manajemen laba meningkat, manajemen laba tidak tersebar sejauh yang diasumsikan. Media keuangan senang memusatkan perhatian pada kasus manajemen laba karena masalah ini enak dibaca. Hal itu memberikan kesan yang salah pada pemakai bahwa manajemen laba dilakukan setiap waktu.
Subramanyam dan John (2013, hlm.135) menyebutkan bahwa sebelum menentukan apakah sebuah perusahaan melakukan manajemen laba, seorang analisis harus memeriksa hal berikut:
a.        Insentif melakukan manajemen laba, manajemen laba tidak dilakukan  kecuali jika terdapat insentif bagi manajer.
b.        Reputasi dan masa lalu manajemen, perlu untuk menilai reputasi dan integritas manajemen. Membaca laporan keuangan periode lalu, persyaratan SEC, laporan audit, penggantian auditor, dan media keuangan memberikan informasi yang berguna untuk masalah ini.
c.         Pola yang konsisten, tujuan manajemen laba adalah memengaruhi angka paling bawah seperti laba atau rasio utama seperti debt to equity atau interest coverage. Perlu diverifikasi apakah komponen laba (atau neraca) tertentu telah diubah untuk tujuan tertentu.
d.        Kesempatan melakukan manajemen laba, sifat aktivitas usaha menentukan sejauh mana manajemen laba dapat dilakukan. Jika sifat aktivitas usaha membutuhkan penilaian yang cukup banyak untuk menentukan angka laporan keuangan, maka semakin besar kesempatan untuk melakukan manajemen laba.

2.5         Manajemen Laba (Earnings Management) dalam tinjauan etika islam
Etika bisnis dalam kaitannya dengan ajaran Islam, berarti sebuah pemikiran atau refleksi tentang moralitas yang membatasi kerangka acuannya kepada konsepsi sebuah organisasi dalam ekonomi dan bisnis yang didasarkan atas ajaran Islam. Etika bisnis Islam mengatur tentang sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar, atau diperbolehkan atau tidaknya perilaku manusia dalam aktivitas bisnis baik dalam lingkup individu maupun organisasi yang didasarkan atas ajaran Islam. (pondokskripsi.wordpress.com/2009).
Nauranadhifaikhwana.blogspot.com, menyebutkan bahwa Etika Islam memiliki aksioma-aksioma, yaitu:
a. Unity (persatuan): konsep tauhid, aspek, semuanya milik Allah, dimensi vertikal, hindari diskriminasi di segala aspek, hindari kegiatan yang tidak etis.
b. Equilibrium (keseimbangan): konsep adil, dimensi horizontal, jujur dalam bertransaksi, tidak merugikan dan tidak dirugikan.
c. Free Will (kehendak bebas): kebebasan melakukan kontrak namun menolak laizez fire (invisible hand), karena nafs amarah cenderung mendorong pelanggaran sistem responsibility (tanggung jawab), manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Bila orang lain melakukan hal yang tidak etis tidak berarti boleh ikut-ikutan.
d. Benevolence (manfaat/kebaikan hati): ihsan atau perbuatan harus yang bermanfaat.
Dalam Nurhikmah.blogspot.com disebutkan kriteria-kriteria Islam secara umum yang dapat memberi pengaruh dalam penentuan   batas laba yaitu :
1.    Kelayakan dalam Penetapan Laba
Islam menganjurkan agar para pedagang tidak berlebihan dalam mengambil laba.  Ali bin Thalib r. a. berkata, “Wahai para saudagar !  Ambillah (laba) yang pantas maka kamu akan selamat (berhasil) dan jangan kamu menolak laba yang kecil karena itu akan menghalangi kamu dari mendapatkan (laba) yang banyak .”
2.  Keseimbangan antara Tingkat Kesulitan dan Laba
Islam menghendaki adanya kesimbangan antara standar laba dan tingkat kesulitan perputaran serta perjalanan modal.  Semakin tinggi tingkat kesulitan  dan resiko, maka semakin besar pula laba yang diinginkan pedagang.
3.    Masa  Perputaran  Modal
Peranan  modal berpengaruh pada standarisasi laba yang diinginkan oleh pedagang, yaitu dengan semakin pajangnya masa perputaran dan bertambahannya tingkat resiko, maka semakin tinggi pula standar laba yang yang diinginkan oleh pedagang atau seorang pengusaha.  Begitu juga dengan semakin berkurangnya tingkat bahaya, pedagang dan pengusahapun akan menurunkan standarisasi labanya.  Setiap standarisasi laba yang sedikit akan membantu penurunan harga, hal ini juga akan menambah peranan modal dan memperbesar laba.

4.   Cara Menutupi Harga Penjualan
Jual beli boleh dengan harga tunai sebagaimana juga boleh dengan harga kredit.  Juga boleh dengan tunai sebagiannya saja dan sisanya dibayar dengan cara kredit (cicilan), dengan syarat adanya keridhoan keduanya (pedagang dan pembeli).  Jika harga dinaikkan dan si penjual memberi tempo waktu pembayaran, itu juga boleh karena penundaan waktu pembayaran itu adalah termasuk harga yang merupakan bagian si penjual. 

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan hanya boleh mengambil laba yang disesuai dengan tingkat resiko yang telah diambil,  adapun informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jujur, adil, dan dari informasi yang disampaikan tidak boleh ada pihak yang dirugikan, dengan demikian maka praktik manajemen laba bisa dikatakan tidak diboleh dalam islam karena melanggar etika bisnis dalam islam yaitu adanya pihak yang dirugikan yaitu stakeholder dan tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya (tidak jujur) dalam praktek manajemen laba tersebut.

4.4         Apakah manajemen laba itu baik atau buruk?
Semakin lengkap pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin menurunkan tingkat penyelewengan dalam menyampaikan informasi keuangan perusahaan. Dan ini bisa menyebabkan turunnya resiko yang terjadi karena adanya asimetri informasi. Oleh karena itu jika suatu perusahaan melakukan creative accounting dengan cara ilegal dan terbukti bersalah bisa dikatakan telah  melakukan skandal akuntansi.
Pandangan tentang baik atau buruknya manajemen laba masih menjadi perdebatan dan persoalan yang rumit. Menilai baik atau buruknya manajemen laba tergantung pada teknik yang digunakan dalam melakukan manajemen laba serta motivasi dan tujuan dilakukannya manajemen laba tersebut.
Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi secara legal maupun tidak legal. Praktik legal dalam manajemen laba berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), khususnya dalam Standar Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh Pedoman Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang dikehendaki. (pondokskripsi.wordpress.com)
(Subramanyam dan John, 2013:130), manajemen laba merupakan  suatu realitas akuntansi akrual yang enggan diterima oleh pemakai. Meskipun penting untuk diketahui bahwa manajemen laba tidak dilakukan sejauh yang telah dipublikasikan pers keuangan, tidak diragukan bahwa manajemen laba merusak kredibilitas informasi akuntansi.
Eko Yulianto (2010), manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi agresif (positive discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary accruals).
Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah baru. Manajemen laba dapat menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Dalam (accounting1st.wordpress.com), manajemen laba merupakan suatu hal yang kontroversial bagi dunia bisnis dan dunia akuntansi. Persoalan dalam praktik manajemen laba dimulai ketika manajemen laba tersebut membawa pengaruh negatif dan cenderung menyesatkan informasi dalam pelaporan keuangannya. Hal tersebut menyebabkan adanya suatu pelanggaran terhadap kepercayaan masyarakat mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan. Manajemen bagi manajer suatu perusahaan memungkinkan dapat memicu terjadinya bahaya moral karena manajemen mempunyai informasi asimetri yang bersifat “lebih” didalam lingkup internal perusahaan sehingga membuat manajemen memiliki banyak kesempatan dalam mengelola informasi juga manajer bisa dengan leluasa memilih metode yang dapat disesuaikan dengan kebijakan yang lebih menguntungkan manajerial bahkan selain itu dapat juga cenderung mendorong kearah ilegal. Dapat disimpulkan bahwa praktik manajemen laba merupakan hal yang melanggar etika bisnis dalam jajaran manajemen. Dari sisi akuntan kepentingan publik adalah tujuan utama sehingga dapat disimpulkan bahwa praktik manajemen laba merupakan sesuatu yang melanggar etika bagi akuntan karena akuntan tidak hanya semata-mata ahli dan mampu dalam memberikan pendapat dan solusi kebijakan yang berlandaskan Prinsip Akuntansi Berterima Umum kepada manajemen akan tetapi harus tetap memegang teguh melindungi kepentingan publik.
Praktik manajemen laba diperbolehkan sepanjang dilakukan secara legal dan tidak bertentangan dengan aturan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Namun hal ini banyak menuai kontroversi dan mengundang berbagai pendapat dari berbagai kalangan (akuntan publik, akuntan pendidik, penasihat investasi, akuntan manajemen, analis kredit) terkait dengan etika profesi akuntansi serta moral diperbolehkannya manajemen laba atau tidak terhadap manajemen laba.( www.jtanzilco.com)
Banyak pihak berpendapat bahwa sepanjang manajemen laba dilakukan tanpa melanggar standar akuntansi keuangan, praktik manajemen laba adalah sah (Yusuf & Badarudin, 2010:9) dalam www.jtanzilco.com . Manajemen perusahaan dan akuntan tidak dapat disalahkan, karena manajemen laba dengan cara tersebut bukan perbuatan curang. Manajemen laba akan berubah menjadi perbuatan curang jika ada kesengajaan manajer atau akuntan melanggar standar akuntansi, misalnya dalam bentuk manipulasi data, perhitungan dan pelaporan. Manajemen laba melalui manajemen akrual pada dasarnya akan hanya mempengaruhi angka laba di atas kertas dengan memanfaatkan aturan akuntansi yang fleksibel. Praktik manajemen laba hanyalah upaya “mempermainkan” angka laba di atas kertas, dan tidak menimbulkan kerugian materi bagi siapa pun.
Permainan angka laba di atas kertas ini dilakukan oleh manajemen dengan memanfaatkan fleksibilitas standar akuntansi yang tersedia. Hal ini dimungkinkan karena standar akuntansi cukup memberikan peluang kepada manajer untuk mencatat fakta tertentu dengan cara yang berbeda, serta peluang untuk menggunakan subjektivitas dalam melakukan estimasi akuntansi. Namun, meski demikian banyak kalangan tidak sependapat bahwa manajemen laba merupakan sesuatu yang wajar dan diperbolehkan sepanjang tidak menyalahi aturan Standar Akuntansi Keuangan karena praktik manajemen laba merupakan perilaku yang berimplikasi pada hilangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias informasi dalam laporan keuangan, sehingga mengganggu pengguna laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa dan ini merupakan hal yang tidak dapat diterima.
Disamping itu manajemen laba juga tidak sesuai dengan karakteristik kualitas laporan keuangan dalam hal keandalan dan netralitas. Dimana laporan keuangan itu harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan dan dalam kaitannya dengan netralitas, dimana informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu, tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Di sisi lain meskipun tidak ada pihak yang merasa dirugikan secara langsung namun dari aspek hukum, praktik manajemen laba dapat mencurangi kepentingan pihak lain dengan melakukan pilihan-pilihan akuntansi secara sistematis dan yang terpenting adalah niat serta motivasi dari tindakan manajemen laba didasari atas kepentingan pribadi atau golongan dalam rangka memperoleh manfaat lebih cepat dan menunda pemberian manfaat bagi yang lain.
Praktek manajemen laba dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak stakeholder dan juga bisa menurunkan kualitas dari informasi akuntansi yang disampaikan dalam laporan keuangan karena tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya.




BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
   Secara umum jika dilihat dari segi karakteristik kualitatif laporan keuangan manajemen laba bisa menyebabkan informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan tidak relevan dan tidak bisa diandalkan. Manajemen laba juga dapat menyebabkan adanya kerugian oleh pihak-pihak lain, misalnya stakeholder yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Secara umum, manajemen laba dikatakan suatu perbuatan atau tindakan yang menyimpang, walaupun beberapa penjelasan menyebutkan bahwa selama manajemen laba itu tidak melanggar prinsip pelaporan keuangan didalam PABU maka tidak merupakan suatu perbuatan yang menyimpang, akan tetapi tetap saja dengan perbuatan tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya karakteristik kualitatif dari laporan keuangan dan  merusak kredibilitas informasi akuntansi yang disampaikan dalam laporan keuangan.
3.2     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut:
-          Kepada penyusun laporan keuangan agar tidak melakukan manajemen laba dan memberikan informasi keuangan apa adanya sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga karakteristik kualitatif informasi akuntansi tercapai.
-          Kepada investor dan calon investor, kreditor, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar lebih berhati-hati dan teliti dalam menganalisis earning power perusahaan-perusahaan dan tidak terpaku pada indikator laba pada laporan keuangan perusahaan.
-          Kepada Bapepam-LK agar meningkatkan pengawasan, melakukan penelitian secara berkala terhadap laporan keuangan perusahaan publik, mengupayakan penyempitan ruang bagi manajemen agar tidak melakukan manajemen laba, serta menindak tegas perusahaan yang melakukan manajemen laba, terutama yang berdampak merugikan.
-          Kepada masyarakat akademisi agar terus melakukan penelitian-penelitian terkait manajemen laba, faktor-faktor pendorongnya, serta dampak-dampaknya.
















DAFTAR PUSTAKA
Riahi, Ahmed, dan Belkaoui.2012.Accounting Theory.Jakarta: Salemba empat.
Subramanyam, K.R. dan John j.Wild.2013.analisis laporan keuangan.Jakarta: Salemba empat.
Sulistiawan, Dedhy, dkk.2011.creative accounting mengungkap manajemen laba dan skandal akuntansi.Jakarta:Salemba empat.