Rabu, 08 Mei 2013

Perkembangan Riset Akuntansi Diberbagai Bidang Akuntansi Secara Umum

Perkembangan Riset Akuntansi Diberbagai Bidang Akuntansi Secara Umum 

 ABSTRACT
 Pengembangan suatu disiplin ilmu tidak dapat dilepaskan dari peran riset yang hasilnya dipublikasikan dalam literatur dan jurnal akademik. Suatu disiplin ilmu tidak akan berkembang bahkan akan mati apabila tidak ada pengembangan riset atas disiplin ilmu tersebut. Perkembangan riset akuntansi di awali dengan akuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen, auditing, akuntansi perpajakan, akuntansi sektor publik, sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan perkembangan terakhir khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah. Selain berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, riset akuntansi juga berperan dalam memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan akuntansi itu sendiri. Key words: praktik, kemajuan riset, dan ruang lingkup riset akuntansi. 

BAB I PENDAHULUAN 
Perkembangan praktik akuntansi mulai mengalami kemajuan yang besar sejak era Luca Pacioli, yaitu sejak digunakannya sistem double entry. Namun sayangnya kemajuan praktik akuntansi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan riset akuntansi. Riset akuntansi baru mulai banyak dilakukan sejak awal abad ke-20. Oleh karena itu, pemakalah akan membahas masalah “Perkembangan Riset Akuntansi Diberbagai Berbagai Bidang Akuntansi Secara Umum”. Fenomena saat ini yang dapat dirasakan adalah semakin banyaknya topik-topik penelitian baru di setiap akuntansi. Salah satu bidang akuntansi yang sedang berkembang adalah akuntansi keperilakuan. Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi (SNA). Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial dengan pendekatan partial least square. Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh moderasi sistem pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja. Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai variabel moderating (penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa Tengah). Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevant information (JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005) meneliti pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Tulisan ini akan mendiskripsikan beberapa riset di bidang akuntansi secara umum serta perkembangan yang terjadi pada riset tersebut. Dalam disiplin ilmu akuntansi, riset akuntansi memiliki peran yang sangat penting. Pertama, riset akuntansi berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, sehingga praktik akuntansi tidak sekedar asal jalan akan tetapi didasarkan atas riset yang kemudian dilaborasikan dalam teori. Teori yang ada kemudian akan menjadi subyek untuk dilakukan pengujian empiris secara berkelanjutan. Dengan demikian riset akuntansi bukanlah tujuan akhir akan tetapi adalah proses untuk membangun teori dan praktik. Peran riset akuntansi yang kedua adalah untuk memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan akuntansi agar praktik akuntansi tidak dipahami sebagai sesuatu yang diterima begitu saja (taken for granted). Riset akuntansi dalam hal ini berperan untuk memahami fenomena akuntansi dan memperbaiki praktik akuntansi yang terjadi. Secara garis besar tujuan dilakukannya riset akuntansi tersebut adalah untuk mendeskripsikan (to describe), menjelaskan (to explain), dan memprediksi fenomena akuntansi (to predict) (Lihat misalnya: Abdul Khalik dan Ajinkya, 1977; Hendriksen dan Breda, 1992; Scott, 1997). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu teknik analisis yang menggambarkan atau menguraikan fenomena-fenomena yang terjadi tanpa mencari sebab akibat yang ditimbulkannya. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan akuntansi dari masa kemasa. Apakah ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi sistem akuntansi, serta prinsip-prinsip akuntansi yang telah diterapkan sampai saat ini. 

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN 
Penelitian adalah proses pengumpulan dan analisis data yang sistematis dan objektif untuk membantu pembuatan keputusan-keputusan bisnis. Perbedaan utama antara penelitian bisnis dengan penelitian yang lain terletak pada jenis dan sifat fakta yang diuji. Fakta dalam penelitian bisnis berkaitan dengan manusia merupakan makhluk hidup yang paling kompleks diantara makluk hidup yang lain. Riset akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran bidang akuntansi. Hasil riset ini menjadi penyambung antara fenomena sosial dibidang akuntansi dengan struktur teori akuntansi. Fenomena sosial ini dituangkan dalam berbagai bentuk “statemen ilmiah” sehingga menjadi teori. Riset akuntansi adalah bagian dari penelitian bisnis yang mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan lingkungan bisnis. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat menyebabkan lingkungan bisnis yang tidak menentu. Para manajer yang secara kolektif disebut manajemen memerlukan informasi yang valid dan handal untuk mendukung pembuatan keputusan. Informasi diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian. Kebutuhan informasi yang valid dan handal sebagai dasar untuk pembuatan keputusan manajemen, mendorong perkembangan dan kebutuhan penelitian bisnis, termasuk diantaranya adalah penelitian manajemen dan akuntansi. Kinney menggambarkan tiga aspek penting yang saling berkaitan yang melandasi pengembangan akuntansi yaitu riset (research), pengajaran / pendidikan (teaching), dan praktek (practice). Hubungan tersebut digambarkan dibawah ini: Tiga Aspek Pengembangan Akuntansi: Sumber : Suwardjono (2005) Praktik akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesat dan memuaskan apabila terjadi interaksi yang baik antara ke tiga aspek di atas. Aliran yang berlawanan dengan jarum jam (aliran luar) menunjukkan konstribusi penelitian terhadap pengajaran / pendidikan yang pada gilirannya pengajaran menambah pengetahuan profesional untuk meningkatkan kualitas praktek. Aliran panah searah jarum jam (aliran dalam) menunjukkan kemampuan pengajaran untuk mengevaluasi apa yang nyatanya dipraktekkan dan apa yang secara normatif atau ideal harus dipraktekkan sehingga timbul gagasan-gagasan baru untuk pengembangan praktik. Gagasan-gagasan baru ini harus merupakan bahan penelitian dan pembahasan di tingkat akademik sehingga dihasilkan praktik-praktik alternatif yang dapat menjadi solusi bila ditemukan masalah dalam praktik atau bila solusi tersebut lebih baik dari pada apa yang nyatanya dipraktikkan. Jadi penelitian merupakan bagian penting dalam pengajaran akuntansi. Walapun demikian, penelitian tersebut hendaknya diartikan secara luas tidak hanya mencakup penelitian empiris (positif) tetapi juga meliputi penelitian analitis dalam bentuk artikel atau makalah (normatif). Pada awalnya proses riset akuntansi itu dimulai dari cara digmatis dimana kebenaran itu berasal dari orang atau pihak atau lembaga yang diberi dan diyakini memiliki otoritas menetapkan kebenaran. Kemudian cara ini berkembang dan menggunakan cara normatif dengan menggunakan logika ilmiah, pemikiran sehat. Kemudian berkembang dan kemudian menggunakan metode empiris dengan titik berat melihat kenyataan yang ada di lapangan (fenomena sosial). Di dalam sistem yang terakhir inilah yang menjadi ajang dari penilitian ilmiah. Akuntansi yang kita kenal sekarang telah berkembang seiring dengan zaman dan peradaban manusia. Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan akuntansi. Namun, akuntansi yang telah diterapkan sekarang, baik di perusahaan profit oriented maupun non profit oriented, sebenarnya telah mengalami evolusi. Dalam perkembangan akuntansi, bidang yang paling awal berkembang adalah akuntansi keuangan. Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat karena kebutuhan akan informasi, maka berkembanglah bidang-bidang lain, seperti akuntansi biaya, akuntansi manajemen, auditing, akuntansi perpajakan, akuntansi sektor publik, sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan perkembangan terakhir khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah. Bidang akutansi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang sehingga memperkaya bidang akuntansi. Akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pihak internal perusahan (internal user), sedangkan akuntansi keuangan menghasilkan informasi untuk pihak eksternal perusahaan (external user). Beberapa ruang lingkup penelitian akuntansi: 
1. Konsentrasi Akuntansi Keuangan 
Bidang ini membahas bagaimana laporan keuangan disusun untuk tujuan publik. Disini bisa dibahas metode pencatatan, prinsip dan standar akuntansi keuangan, penyajian laporan yang wajar, pemilihan teknik atau standar akuntansi, metode penyusunan, penyisihan, perbandingan teori akuntansi. Banyak penelitian di bidang akuntansi keuangan yang telah dilakukan salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lihan Rini Puspo Wijaya (Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret) dan Bandi Anas Wibawa (Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret) dengan judul pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
 2. Akuntansi Manajemen 
Akuntansi manajemen adalah bagian dari akuntansi yang bertujuan membantu manajer untuk menjalankan tiga fungsi pokoknya, yaitu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Kehadiran akuntansi manajemen atau sistem informasi manajemen dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang akan memberikan informasi kepada manajemen untuk membantu pihak-pihak internal untuk mencapai tujuan organisasinya. Suatu artikel mengenai akuntansi manajemen ditulis oleh Birnberg G. Jacod (2000) yang membahas tentang peranan riset keperilakuan dalam pendidikan akuntansi manajemen pada abad ke dua puluh satu. Birnberg menjelaskan bahwa materi akuntansi manajemen dalam tiga periode setelah Perang dunia kedua berakhir meliputi periode akuntansi biaya (the cost-accounting period), periode akuntansi manajemen modern (the modern management accounting period), periode akuntansi manajemen postmodern (The post-modern management accounting period). Fokus terbaru dalam akuntansi manajemen seperti dijelaskan oleh Hansen dan Mowen (2005) adalah activity based perspective, total quality management, time as competitive element, efficiency dan E-business. Contoh riset akuntansi manajemen sebelumnya yang diteliti oleh Christina Yuliana SE, Msi, Dosen Unika Atma Jaya Jakarta dan Mahasiswa PIA S3 FE-UI dengan judul Peran Kepemimpinan Dalam Pencapaian Kinerja Organisasi Melalui Budaya, Strategi, dan Sistem akuntansi manajemen organisasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap budaya organisasi, budaya organisasi berpengaruh terhadap strategi organisasi, strategi organisasi berpengaruh terhadap sistem akuntansi manajemen organisasi dan sistem akuntansi manaejemen organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi
 3. Akuntansi Perpajakan 
Disini dibahas bagaimana akuntansi mengakomodasi masalah peraturan perpajakan, perbedaan konsep antara akuntansi dan perpajakan, konsep pengakuan biaya. Menurut Lamb dkk. (2005), konteks riset pajak dalam akuntansi terutama menyangkut hubungannya dengan pelaporan keuangan dan konsekuensi dari pembayaran pajak terhadap komponen-komponennya. Secara umum, jenis pajak yang dikaitkan dengan riset akuntansi selama ini mayoritas adalah PPh yang dihitung dengan sistem pemungutan pajak self assessment. Sebagaimana dinyatakan oleh Shackelford dan Shevlin (2001), penelitian-penelitian mengenai perpajakan dalam konteks akuntansi telah banyak dilakukan. Mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu dengan konteks akuntansi perpajakan belum banyak penelitian yang menggali kompetensi metode-metode pembebanan pajak selain pendekatan aset-laibilitas dan aspek kegunaan-keputusan informasi akuntansi atas metode-metode tersebut. Beberapa hasil penelitian-penelitian mengenai pajak yang telah dilakukan, antara lain oleh Wolk dkk. (1989) dan Parks (1988) tentang ketidak-konsistenan penyajian aset dan laibilitas pajak ditangguhkan, Rayburn (1987) tentang kegagalan FASB untuk memungkinkan pendiskontoan laibilitas pajak ditangguhkan, Bierman (1990), Burton dan Sack, (1989), Gregory dkk. (1992) tentang kompleksitas metode dan kelemahan potensial daya guna standar, Jeter dan Chancy (1988) tentang kegagalan FASB dalam memperhitungkan beda waktu yang tertangguhkan secara permanen dan Colley (2005) tentang unsur subjektifitas manajemen yang tercermin dalam penentuan cadangan penilaian atas akun pajak ditangguhkan. Dalam penelitian mengenai analisis terhadap berbagai metode pembebanan PPh ini disajikan acuan menurut hasil-hasil penelitian sebelumnya dan teori kegunaan-keputusan. Teori kegunaan-keputusan (decision-usefulness theory) informasi akuntansi telah dikenal sejak tahun 1954 dan menjadi referensi dari penyusunan kerangka konseptual Financial Accounting Standard Boards (FASB), yaitu Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) yang berlaku di Amerika Serikat (Staubus 2000). Hal-hal tersebut pernah diketengahkan dalam kurun waktu antara tahun 1967, yaitu sejak APB (American Principles Board) mengeluarkan pernyataan pertama yang berkaitan dengan Accounting for Income Tax (yaitu APB Opinion No. 11) hingga tahun 2010. Teori kegunaan-keputusan informasi akuntansi tercermin dalam bentuk kaidah-kaidah yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen pelaporan keuangan agar dapat bermanfaat dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristics of Accounting Information menggambarkan hirarki dari kualitas informasi akuntansi dalam bentuk kualitas primer, kandungannya dan kualitas sekunder. Kualitas primer dari informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi adalah nilai relevan (relevance) dan reliabilitas (reliability). FASB menyatakan bahwa nilai relevan dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan. Kandungan kualitas primer kegunaan-keputusan informasi akuntansi meliputi komponen-komponen kandungan dari nilai relevan, yaitu ketepatwaktuan (timeliness), nilai umpan balik (feed-back value), dan nilai prediktif (predictive-value), dan komponen-komponen kandungan reliabilitas, yaitu penggambaran yang senyatanya (representational faithfullness), netralitas (neutrality), dan dapat diperiksa (verifiability). Selain itu juga terdapat kualitas sekunder, sebagai penghubung antara kualitas primer, yaitu komparabilitas (comparability) dan taat asas (consistency). Penggunaan data primer berupa penyajian kembali laporan keuangan menurut 5 (lima) metode-metode pembebanan PPh selain pendekatan aset-laibilitas, yaitu bersih dari pajak (net of tax), tangguhan (deferred), alokasi parsial (partial allocation), alokasi intra periode, dan non alokasi merupakan salah satu metode baru dalam penggunaan data empiris penelitian tentang akuntansi perpajakan. Contoh penelitian sebelumnya adalah Lynn dkk. (2008). Variabelnya adalah Dekomposisi nilai buku harga saham per lembar (X), nilai dari aset pajak ditangguhkan bersih baik yang diakui maupun tidak diakui (Y). Datanya diambil dari suatu sampel pool dari perusahaan di Inggris selama tahun 1993 hingga tahun 1998. Hasil dari penelitiannya adalah semua bagian dari pajak ditangguhkan (yaitu aset atau liabilitas) memiliki nilai yang sama menurut hasil regresi. 4. Audit Disini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan auditng, teori, proses, hasil, perilaku, dan sebagainya. Dengan perkembangan teknologi, sistem, manajemen maupun kebutuhan organisasi, fungsi audit sekarang sudah semakin meluas dan melingkupi hampir semua aspek manajemen. Ada audit keuangan, finansial, Information Technology, Safety, Lingkungan, audit energy dan bahkan SDM sendiri termasuk obyek yang dapat diaudit. Pembahasan yang menarik tertuju pada audit SDM yaitu proses meninjau (review) secara komprehensif suatu sistem dan/atau proses suatu organisasi apakah sudah memenuhi kebutuhan atau proyeksi masa depan kebutuhan fungsi SDM organisasi, baik apakah itu untuk memenuhi standar lokal (pemda, pemprov), standar internal (SOP, Company Policy) atau regulasi (International Standard atau Standar pemerintah). Manfaat utama dalam audit SDM diantaranya bisa mengetahui proses mana yang belum memenuhi persyaratan hukum berlaku sehingga meminimalisir proses internal organisasi yang berpotensi melanggar hukum, dan yang terpenting adalah membantu organisasi secara sistematis untuk mengidentifikasi kondisi saat ini serta langkah aksi apa yang perlu dijalankan untuk meningkatkan kinerja proses fungsi SDM. Beberapa hal yang menjadi tujuan dan kegunaan audit SDM antara lain: - Mencari hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah serius di kemudian hari. - Mencari area yang dapat dilakukan perbaikan dan improvemen - Sebagai alat dokumentasi untuk merger, akuisisi maupun reorganisasi - Untuk mencari tahu seberapa jauh pemenuhan sistem dengan standar, peraturan dan regulasi yang ada. 
 5. Sistem informasi akuntansi 
Disini dibahas bagaimana mendesain sistem informasi akuntansi dan menghasilkan informasi yang sudah menjadi komoditi. Dalam pertimbangannya tentu harus memperatkan “cost benefit ratio”. 
6. Akuntansi Keperilakuan 
Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord mengkaji perkembangan riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalam konteks organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events). Studi Burgstahler dan Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989), yaitu mengkaji perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987. Baik artikel yang ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem (1989) merupakan invited paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal Behavioral Research in Accounting. Hal itu berawal dari cikal bakal penelitian Argyris (1952) yang pertama kali fokus pada anggaran hingga akhirnya sekarang berkembang pada bidang lain, seperti auditing, pajak, dan akuntansi keuangan. Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan; sistem informasi, auditing, dan etika, dan pendidikan akuntansi dan akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia. Melalui riset akuntansi keperilakuan, teori-teori, konsep, dan isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen dapat diuji secara empiris mengenai manfaat teori-teori baru tersebut terhadap peningkatan kinerja dalam pengambilan keputusan strategik. Dengan adanya hasil riset empiris dalam akuntansi manajemen ini dapat membantu pengembangan akuntansi manajemen. Pihak manajemen menjadi yakin terhadap konsep-konsep yang baru dikembangkan tersebut akan membantu dalam fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen, seperti activity based management, customer orientation, cross-functional perspective, total quality management, time as competitive element, efficiency dan E-business, ABC system, dan balanced scorecard ikut memperkaya hasil penelitian di bidang riset keperilakuan. Riset akuntansi keperilakuan pertama kali berkembang dari bidang akuntansi manajemen, yaitu bidang yang dibahas adalah budgeting. Akuntansi manajemen dapat dikatakan memberikan kontribusi yang besar dalam riset akuntansi keperilakuan. Bidang akuntansi manajemen sangat berkaitan dengan perilaku manajer dan seluruh staf organisasi. Tercapainya visi perusahaan sangatlah tergantung pada kerja sama antara berbagai pihak, baik dari pihak internal perusahaan maupun kerja sama yang baik dengan pihak ekstrnal perusahaan.
 7. Bidang Akuntansi Nirlaba/pemerintahan 
Disini dibahas kerangka tujuan laporan keuangan pemerintah, nonprofit organisasi, jenis laporan, prinsip akuntansinya, aspek polotik, sosial, pengaruh parlemen, praktek akuntansi di masjid, gereja, dan sebagainya.
 8. Pendidikan Dalam Bidang Akuntansi
 Sebelum dikeluarkannya UU No. 34/1954 tentang Gelar Akuntan , semua orang dapat menyatakan dirinya selaku akuntan dan memakai gelar akuntan. Dengan dikeluarkannya UU tersebut maka pemerintah mengatur mereka yang berhak memakai gelar akuntan hanyalah mereka yang lulus dari Fakultas Ekonomi Negeri Jurusan Akuntansi dan Swasta yang disamakan, diatur oleh panitia Persamaan Ijasah Akuntan. Dengan semakin banyaknya fakultas ekonomi swasta maka pemerintah bersama IAI mengatur pelaksanaan Ujian Negara Akuntan. Pelaksanaan ujian ini terus dibenahi sampai pada akhirnya lulusan negeri dan swasta diwajibkan harus mengikuti ujian yang sama jika ingin mendapatkan gelar akuntan. Disini diteliti bagaimana aspek pendidikan akuntansi di tanah air atau perbandingannya dengan luar negeri. Sejarah akuntansi, disini dibahas mengenai sejarah akuntansi baik internasional maupun di indonesia. Pendekatan seperti ini memang lebih sederhana dan mudah bagi mahasiswa namun luas dan beraneka serta saling tumpang tindih apalagi yang dibahas itu lebih dalam. Misalnya saja teori akuntansi bisa mengenai akuntansi keuangan, nirlaba, perpajakan, dsb. Perkembangan riset akuntansi di indonesia telah berkembang dengan adanya simposium nasional akuntansi yang diadakan disetiap kota yang berbeda setiap tahunnya sejak tahun 1997 hingga sekarang (2013). Dalam Simposium ini dibahas topik-topik terkini di bidang praktik dan ilmu akuntansi serta dipresentasikan hasil penelitian akuntansi di Indonesia. SNA pertama digelar tahun 1997 di Yogyakarta dan tahun ini 2013 akan diselenggarakan SNA 16 di Manado. 

 BAB III KESIMPULAN 
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah Perkembangan akuntansi di awali dengan akuntansi keuangan, Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat karena kebutuhan akan informasi, maka berkembanglah bidang-bidang lain, seperti akuntansi biaya, akuntansi manajemen, auditing, akuntansi perpajakan, akuntansi sektor publik, sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan perkembangan terakhir khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah. Selain berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, riset akuntansi juga berperan dalam memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan akuntansi itu sendiri. Keterbatasan pembahasan dalam makalah ini adalah kurang spesifiknya pembahasan dalam setiap bidang akuntansi, seperti keuangan, manajemen, perpajakan, auditing, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan referensi yang kami miliki. Keterbatasan ini juga disebabkan oleh tidak ditemukannya hasil riset sebelumnya yang membahas masalah yang sama, dimakalah ini sumbernya hanya didapat dari studi pustaka, artikel-artikel, dan internet. 

REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA 
Endang Kiswara.Kegunaan-keputusan informasi akuntansi menurut metode-metode pembebanan pajak penghasilan yang berbeda http://fajarnoverdi.blogspot.com/2012/03/analisis-perbandingan-akuntansi.html http://menarailmuku.blogspot.com/2012/09/riset-akuntansi.html http://rehkitaayu.blogspot.com/2011/02/laporan-komitmen-dan-kontigensi.html http://sayukadhek.blogspot.com/2012/01/makalah-sejarah-perkembangan-akuntansi.html http://hpcrates.blogspot.com/2012/03/lingkup-dan-klasifikasi-penelitian.html Mahmudi.Studi Kasus Sebagai Strategi Riset untuk Mengembangkan Akuntansi Sektor Publik.ISSN: 1410 – 2420 Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta. BPFE

REGULASI EKONOMI DARI PELAPORAN KEUANGAN

REGULASI EKONOMI DARI PELAPORAN KEUANGAN Pelaporan keuangan bagi perusahaan publik yang terdaftar telah diatur di AS sejak tahun 1930-an, ketika Kongres memberi kekuasaan pada SEC untuk mengatur pelaporan keuangan. SEC adalah agen federal, didirikan oleh pemerintah federal dan bertanggung jawab pada Kongres AS yang menurut UU kelalaian dari tindakan SEC. SEC memberikan wewenang membuat kebijakan akuntansi kepada sektor swasta; pertama kepada AICPA yang dilaksanakan oleh CAP dan APB dan kemudian dengan FASB. Kegagalan menjadi tanggung jawab SEC. Pada awalnya pelaporan keuangan merupakan aktivitas yang diatur dan mungkin akan terus seperti itu. Ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi argumen antara yang pro dan kontra regulasi. Evaluasi tersebut akan membantu kita untuk memahami sifat dasar regulasi akuntansi dan konsekuensi yang muncul darinya. Sebagai kesimpulan kita akan menaksir mana yang lebih baik. Karena yang saat ini eksis adalah regulasi dan sepertinya akan diteruskan kita akan menguji apa pengaruhnya Pengujian akan membantu memahami bagaimana proses regulasi bekerja. Terakhir, kita diskusikan konsekuensi ekonomi dari regulasi akuntansi. 1. Kasus unruk Pasar Non-regulasi Informasi Akuntansi Beberapa argumen yang berbeda mendukung kasus pasar tanpa regulasi. Argumen semuanya berhubungan dengan insentif untuk perusahaan yang melaporkan informasi tentang dirinya pada pemilik dan pasar modal secara umum. Agency Theory menjelaskan bagaimana insentif hidup untuk pelaporan sukarela pada pemilik. Kerelaan yang lebih luas melaporkan pada pasar modal dijelaskan oleh signalling theory dan persaingan di pasar modal. Terakhir, timbul desakan bahwa banyak informasi tidak dilaporkan secara secara sukarela akan mendapatkan melalui kontrak pribadi. Argumentasi yang mendukung non-regulasi pasar lebih luas pada dasarnya adalah teori deduktif. Semenjak kita hidup dengan lingkungan yang diatur, tes empiris terhadap posisi pasar bebas menjadi sungguh sulit - Agency Theory Teori agensi ilmu ekonomi memprediksikan dan menjelaskan perilaku bagian yang terlibat dalam sebuah perusahaan. Secara hukum seorang agen adalah seseorang yang bekerja untuk kepentingan orang lain. Teori agensi ilmu ekonomi dibangun di atas konsep legal dari agensi. Teori agensi memandang perusahaan sebagai sebuah persimpangan hubungan keagenan dan mencoba memahami perilaku organisasi dengan menguji bagaimana bagian-bagian pada hubungan keagenan dalam perusahaan memaksimalkan manfaat untuk masing-masing. Salah satu hubungan yang banyak adalah antara kelompok manajemen dengan pemilik perusahaan. Manajer digaji oleh pemilik untuk menjalankan mengelola aktivitas perusahaan, dengan demikian terbangunlah hubungan keagenan. Tujuan manajer dan pemilik mungkin bukan merupakan kesepakatan yang sempurna. Sangat mudah melihat bagaimana dalam maksimalisasi manfaat untuknya, perilaku manajer akan menjadi konflik dengan kepentingan pemilik. Pemilik berkepentingan intuk memaksimalkan ROI (Return On Invstment) dan harga surat berharga, sementara manajer mempunyai kebutuhan ekonomi dan psikologi yang lebih luas, termasuk maksimalisasi total konpensasi mereka. Karena konflik yang potensial ini, pemilik dimotivasi mengontrak manajer, seperti dengan jalan meminimalisasi konflik tujuan antara kedua kelompok. Biaya yang dikeluarkan untuk memantau kontrak keagenan dibebankan pada manajemen, dan biaya-biaya ini akan mengurangi kompensasi manajer. Selanjutnya, manajer akan mendapatkan insentif dan menjaga agar biaya rendah dengan tidak adanya konflik dengan pemilik. Teori agensi memposisikan konflik antara manajemen dan pemilik dapat diredakan dengan pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang rutin adalah satu cara pemilk memonitor kontraknya dengan manajemen. Akuntan merujuik pada tipe tradisional dari pelaporan sebagai pelayanan atau pertanggungjawaban pada pemilik. Teori agensi juga digunakan untuk menjelaskan permintaan untuk audit. Fungsi auditor adalah pemeriksa independen dari laporan keuangan yang disampaikan manajer pada pemilik. Sejarah perkembangan pelaporan keuangan dan auditing didukung argumentasi teori agensi. Minimalisasi biaya monitoring keagenan adalah insentif ekonomi untuk manajer untuk melaporkan hasil akuntansi yang dapat dipercaya oleh pemilik. Insentif berasal dari kenyataan bahwa manajer dinilai dan dibayar dengan dasar, sebaik apa yang dilaporkannya. Peaporan yang baik akan menaikkan reputasi seorang manajer dan reputasi yang baik akan menghasilkan kompensasi yang lebih tinggi karena biaya memantau keagenan akan minim jika pemilik merasa laporan akuntansi dapat dipercaya. - Competitive Capital Market dan Signalling Incentives Teori agensi memberi sebuah framework untuk menganalisa insentif pelaporan keuangan antara manajer dan pemilik. ‘Teori sinyal’ menjelaskan mengapa perusahaan memiliki insentif bagi pelaporan secara sukarela pada pasar modal meskipun tidak ada keharusan persyaratan untuk melaporkan, firma saling bersaing agar jarang mendapat resiko modal dan dengan kesukarelaan pengungkapan sangat diperlukan untuk bersaingan dengan sukses pada pasar untuk modal resiko. Kemampuan perusahaan meningkatkan modalnya akan bertambah jika perusahaan mempunyai reputasi yang baik dengan mematuhi aturan pelaporan keuangan. Sebagai tambahan, pelaporan yang baik akan merendahkan biaya modal perusahaan karena hanya sedikit ketidakpastian terhadap perusahaan yang melaporkan secara luas dan dapat dipercaya, sehingga resiko investasi sedikit dan kewajiban rate of return yang lebih rendah. Insentif diadakan untuk mempersiapkan prospektus secara sukarela pada saat terjadi kenaikan modal dan dilaporkan secara teratur untuk menjaga kelanjutan kepentingan investor pada peusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang baik memiliki kekuatan insentif untuk melaporkan hasil operasinya. Tekanan persaingan juga sebuah kekuatan yang mendorong perusahaan tetap melaporkan walaupun mereka tidak menghasilkan sesuatu yang baik. Mendiamkan (sebuah kegagalan untuk laporan) akan dianggap sebagai berita buruk. Perusahaan dengan berita yang normal akan termotivasi untuk melaporkan hasil mereka untuk menghindari dicurigai memiliki hasil yang tidak baik. Tinggallah perusahaan yang buruk yang tidak melaporkan. Situasi ini akan membuat perusahaan dengan ‘berita buruk’ untuk mengungkapkan hasil untuk menjaga kredibilitasnya di pasar modal. Insentif ekonomi untuk melaporkan (meskipun berita buruk) adalah jantung dari argumentasi teori sinyal untuk pelaporan keuangan secara sukarela. Terdapat ketidakseimbangan informasi antara perusahaan dengan pihak luar karena pihak dalam (perusahaan) mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dan prospeknya pada masa yang akan datang daripada pihak luar (investor). Situasi ini menimbulkan ketidakpastian informasi, sehingga investor akan memproteksi diri dengan menawarkan harga yang lebih rendah untuk perusahaan. Bagaimanapun, nilai sebuah perusahaan dapat ditingkatlan bila perusahaan laporan -dengan sukarela melaporkan (sinyal) informasi tentang dirinya- dapat dipercaya dan hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian investor tentang prospek masa depan perusahaan. Pertumbuhan pokok teoritis dan riset empirik mendukung argumen insentif untuk pengungkapan keuangan secara sukarela (sebagai kebalikan dari kewajiban). Riset terhadap dampak sinyal dari ramalan earnings manajemen dengan pengungkapan sukarela, sebenarnya memilki dua aspek sinyal: 1. The surprise of the income numbers forecast / kejutan terhadap angka laba yang diramalkan 2. The surprise attributable to the earnings forecast it self / kejutan yang diakibatkan ramalan earning tersebut Dari keduanya, dengan cukup mengejutkan periset menemukan bahwa ramalan pada hakikatnya kejutannya lebih penting daripada kedua elemen sinyal di atas. Riset teranyar lainnya yang difokuskan pada standar dimana sebuah tahap panjang seperti periode yang menyajikan SFAS No. 106 pada manfaat lain paskapenghentian. Pada awal penggunaannya, secara umum diartikan sebagai ‘berita baik’, diakhirnya secara umum mengindikasikan ‘berita buruk’. Menggunakan riset analitis, hipotesis Frantz, dimana alternatif-alternatif akuntansi yang ada (misalnya; penyusutan garis lurus vs dipercepat). ‘Berita baik’ disinyalkan dengan mengambil pilihan laba yang lebih rendah dan ‘berita buruk’ disinyalkan dengan mengambil alternatif laba yang lebih tinggi. Dalam kasus terdahulu, perusahaan mensinyalkan bahwa mereka memiliki prospek earning dan arus kas yang baik pada masa yang akan datang, karenanya kesempatan melanggar kesepakatan hutang relatif rendah. Pada kasus terakhir, laba yang lebih tinggi mensinyalkan pasar dimana perusahaan tidak dapat mengambil kesempatan melanggar kesepakatan hutang. Beberapa fakta empiris yang ada bahwa pelaporan yang disyaratkan SEC bukanlah perbaikan yang signifikan melebihi pelaporan yang sukarela, yang diprioritaskan pada 1933 dan 1934 acts. Sebuah studi menyimpulkan bahwa prospektus yang disyaratkan SEC tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas surat berharga yang ditawarkan untuk pelanggan publik. Studi lain menguji pelaporan annual secara sukarela lebih diutamakan dibandingkan SEC 1934 dengan 10.000 annual report. Kesimpulan dasar pada studi adalah pelaporan yang diwajibkan SEC telah ditemukan pada (pelaporan atas) dasar sukarela. Temuan ini menyebutkan tidak ada kualitas atau manfaat dari pengungkapan, namun mendukung argumen bahwa pengungkapan secara sukarela akan terjadi pada sebuah pasar modal yang kompetitif. - Arguments in Favor of Private Contracting Opportunities Argumen ke-3 yang mendukung pasar non-regulasi adalah persangkaan bahwa setiap orang yang dengan sungguh-sungguh menginginkan informasi tentang sebuah perusahaan akan dapat memperolehnya. Beberapa bagian dengan sendirinya akan membuat kontrak untuk informasi dengan perusahaan , atau dengan pemilk atau secara tidak langsung melalui perantara informasi, seperti analis saham. Jika informasi sungguh-sungguh diinginkan harus tersedia publikasi dan gratis setiap pribadi dapat membeli informasi yang diinginkan. Dengan cara ini, kekuatan pasar semestinya dihasilkan pada alokasi yang optimal dari sumber-sumber kepada produksi informasi. Sebuah pengujian dari pasar saham, menyatakan bahwa masyarakat memang akan melakukan kontrak secara pribadi untuk informasi. Pasar surat berharga adalah lebih banyak sebagai pasar untuk informasi sebagaimana sebuah pasar untuk surat berharga. Surat kabar investor hanya tersedia untuk pelanggan, merupakan contoh yang baik dari membayar untuk informasi pribadi. Pembelian yang agak kurang formal adalah perusahaan pialang untuk pertimbangan investasi. Biaya untuk pertimbangan investasi tersebut merupakan biaya yang seharusnya termasuk bea komisi. Karena setiap pribadi berkesempatan melakukan kontrak untuk informasi tambahan, argumen bahwa intervensi pasar dalam bentuk aturan mewajibkan pengungkapan adalah tidak berguna dan tidak diinginkan. Dalam pandangan ini, permintaan terhadap informasi akan optimal jika kekuatan pasar menentukan produksi (penawaran) dan pengungkapan informasi akuntansi. Beberapa fakta yang ada perubahan filosofis pada arahan ini oleh SEC. Seorang komisioner SEC mengatakan sistem yang mewajibkan pengungkapan mungkin tidak menjadi jalan yang efektif untuk pengiriman informasi ke pasar modal –dan hal itu tidak menjalankan maksud untuk memaksa masyarakat investasi dengan informasi yang mereka tidak ingin. Ini mengingatkan bagaimana SEC agar mengimplementasikan sebuah program besar untuk men-deregulasi pengungkapan. 2. Kasus untuk Regulasi Pasar Informasi Akuntansi Regulasi pasar dapat dijustifikasi berhubungan dengan kepentingan publik. Dalam konteks ini, terdapat 2 alasan yang secara normal digunakan untuk mempertahankan regulasi. Satu alasan adalah kemungkinan terjadinya kesalahan pada sistem pasar bebas yang disebut market failure, dan akan mengakibatkan munculnya ketidakoptimalan dalam alokasi sumber daya. Monopoli alamiah seperti yang terjadi pada industri kebutuhan, adalah sebuah contoh kegagalan pasar yang membutuhkan intervensi dari peraturan untuk mencegah kekurangan penawaran dan harga monopoli. Alasan kedua adalah kemungkinan pasar bebas bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya, dapat dikatakan pasar bebas tidak cukup mengkomunikasikan informasi pada kepada pasar sekuritas, mengakibatkan manajer dan pihak dalam lainnya yang mempunyai informasi, tidak didapatkan pemegang saham. Sebagai tambahan, informasi yang disediakan pada pasar non-regulasi tidak menyediakan keterbandingan yang di antara semua perusahaan. Sebuah justifikasi filosofis dari proses penyusunan standar adalah (disebut kodofikasi) adalah didasarkan pada perbaikan secara evolusi terhadap standar akuntansi pada sebuah masyarakat yang terbuka dan demokratis. - Kegagalan Pasar Ada beberapa argumen yang menyokong regulasi karena kegagalan pasar. Argumen-argumen tersebut memberi perhatian pada perusahaan sebagai pemasok monopoli dari informasi, kegagalan dari pelaporan keuangan mengantisipasi kecurangan dan kebangkrutan dan barang publik adalah sifat dasar informasi akuntansi dan pelaporan keuangan. Perusahaan sebagai Sebuah Pemasok Monopoli Informasi Satu argumen adalah kegagalan pasar terjadi karena perusahaan memonopoli pasokan informasi tentang dirinya. Situasi ini menciptakan peluang untuk membatasi produksi informasi dan penentuan harga secara monopoli, jika pasar tidak diregulasi. Kewajiban melakukan pengungkapan akan menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya yang lebih rendah pada masyarakat dari yang dapat dicapai pada pasar non-regulasi. Sejak perusahaan memonopoli, ia akan memperoleh skala ekonomis dalam produksi dari informasi spesifik perusahaan. Bagaimanapun dengan menjadi produsen monopoli, perusahaan akan memproduksi lebih rendah (melaporkan lebih rendah) informasi dan menetapkan biaya secara monopoli. Kemungkinan situasi ini terjadi pada industri utilitas. Solusi tindakan pengaturan pada industri utilitas adalah mengizinkan monopoli produksi, tetapi mengatur harga. Dengan regulasi akuntansi, argumennya adalah akan lebih baik untuk menekan mewajibkan pelaporan daripada memiliki individu yang bersaing membeli informasi secara pribadi dan pada harga monopoli. Dengan kata lain, mewajibkan pengungkapan publik merupakan metode mengefektifkan biaya (cost-effective method) untuk mendapatkan informasi yang spesifik bagi yang menginginkannya. Adalah membuang sumber daya masyarakat bagi semua orang membeli informasi yang sama tentang perusahaan. Biaya produksi dari kewajiban persyaratan pelaporan mungkin sangat kecil sejak sebagian besar dari informasi dasar dihasilkan sebagai produk sampingan dari sistem akuntansi internal. Jika biaya produksi informasi marginal rendah, maka biaya sosial dihubungkan dengan kewajiban persyaratan akan kecil, dan catatan sebelumnya, pengungkapan kewajiban akan menghemat uang investor jika alternatifnya adalah kontrak pribadi. Argumen yang sangat menarik, walaupun kurang dalam pemeriksaan empirik. Jika biaya produksi tidak rendah, bagaimanapun, siapa yang akan menanggung biaya produksi menjadi bebas pengungkapan publik. Perusahaan akan menampung atau meninggalkan biaya regulasi pada konsumen dan oleh karena itu, pemilik atau konsumen dan mensubsidi biaya informasi. Inilah yang menaikkan isu siapa yang menanggung biaya regulasi pelaporan keuangan. Kegagalan Pelaporan Keuangan dan Audit Kecaman terhadap praktik akuntansi dan proses penyusunan standar secara umum difokuskan pada apa yang diduga pelaporan keuangan berkualitas rendah, walaupun di bawah regulasi. Alasan yang diungkapkan adalah standar akuntansi dan auditing yang buruk, terlalu banyak fleksibilitas manajemen dalam pilihan kebijakan akuntansi dan kelemahan auditor secara berkala. Kecurangan perusahaan tidak terdeteksi oleh auditor dan kelalaian perusahaan tidak ditandai lebih lanjut oleh salah satu dari laporan keuangan atau laporan audit seperti yang disebut sebagai fakta bahwa sistem pelaporan keuangan telah gagal melindungi kepentingan publik. Argumennya adalah regulasi yang lebih baik, berguna untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan tujuan melindungi kepentingan publik dari kecurangan dan kelalaian. Ekonomi kapitalis didasarkan pada kompetisi pasar modal sektor swasta. Informasi merupakan bagian penting dari infrastruktur pasar modal. Pelaporan keuangan yang baik diperlukan untuk menciptakan kepercayaan investor pada kejujuran pasar modal sehingga tabungan terhubungkan dengan investasi yang produktif. Sebagai tambahan, informasi yang baik akan memimpin kepada keputusan investasi dan alokasi modal yang lebih baik, keduanya merupakan manfaat secara sosial. Wajar bila pelaporan yang buruk memiliki dampak sebaliknya. Penganjur regulasi bertanya jika perusahaan dengan nyata dapat dipercaya melaporkan secara penuh dan secara akurat, kenyataannya sifat dasar persaingan di pasar modal dapat mengurangi pelaporan yang menyesatkan, setidaknya pada sebagian kecil perusahaan pada jangka pendek. Dengan demikian regulasi akuntansi keduanya sangat bermanfaat dan pada kepentingan publik mencegah perusahaan dari pelaporan yang buruk atau menyesatkan. Inilah kontra-argumen pada gagasan yang mengatakan pasar modal yang kompetitif akan menciptakan pelaporan sukarela melalui signalling incentive. Tipe kecaman ini, menimbulkan pertanyaan yang bermanfaat tentang nilai informasi akuntansi dan mampu menyajikan sebagaimana sebuah pendorong untuk meriview standar akuntansi dan auiting. Ini juga dapat jadi katalis untuk mendiskusikan kuantitas dan kualitas dari kewajiban akuntansi dan auditing yang akan menjadi kepentingan publik sebaik sejumlah regulasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagaimanapun, kesalahan dan kelalaian perusahaan terkadang tidak perlu diartikan sebagai kesalahan yang terjadi pada sistem pelaporan keuangan. Regulasi akuntansi tidak akan mencegah terjadinya kecurangan dan kelalaian, resiko dalam investasi tidak dapat dieliminasi, tidak masalah bagaimana banyaknya akuntansi dan auditing diperlukan, resiko merpakan sesuatu yang inheren dalam investasi. Peningkatan regulasi pelaporan keuangan akan mengurangi kemungkinan kecurangan dan kelalaian yang tidak terdeteksi, tetapi tidak akan pernah bisa menghabiskannya. Terakhir, beberapa argumen yang mendukung perluasan regulasi harus juga mempertimbangkan biaya regulasi. Dalam semua sistem pengendalian atau pengaturan selalu terjadi sebuah titik dimana manfaat marjinal dari pengendalian lebih sedikit dari biaya marjinal. Ini jelas tidak bermaksud jika manfaat melebihi biaya dibawah yang disyaratkan, halangan ke dalam kemungkinan perluasan regulasi. Akuntansi sebagai Sebuah Barang Publik Kegagalan pasar juga dapat terjadi karena apa yang disebut sebagai barang publik. Barang publik adalah komoditas -yang diproduksi sekali- bisa dikonsumsi tanpa mengurangi kesempatan untuk mengkonsumsi oleh yang lain. Kondisi yang terjadi karena hak properti lunak berhubungan dengan barang-barang tersebut. Contoh barang publik yang murni adalah sinyal radio dan jalan raya. Dalam kasus sinyal radio, Radio Publik Nasional memiliki stasiun berizin pada universitas yang didengar publik pada frekuensi FM. Stasiun-stasiun ini mencoba untuk meningkatkan jumlah anggaran operasi mereka dari pendengar dan dengan susunan rencana yang jelas. Ketika secara umum mencapai kesuksesan, masalah barang publik harus diatasi karena sinyal tersedia tanpa biaya pada semua orang yang mempunyai radio dalam wilayah dengar. Secara kontras, barang pribadi mempunyai hak properti keras yang bukan pembeli tidak dapat mengkonsumsinya. Barang publik tidak diproduksi pada pasar bebas -yang memiliki apa yang dinamakan eksternalitas. Eksternalitas terjadi jika seorang produsen tidak bisa menginternalisasi (membebankan) biaya produksi kepada semua pengguna barang. Dengan sedikit mengabaikan teknik berbahasa, dampak eksternalitas adalah produsen barang publik mempunyai keterbatasan insentif untuk memproduksi karena semua konsumen tidak bisa dikenakan biaya untuk barang tersebut. Masyarakat yang mengkonsumsi barang publik tanpa membayar disebut free riders (penunggang gratis). Permintaan sesungguhnya untuk barang publik tidak terungkap di pasar free riders dapat menggunakan barang tanpa biaya. Akibatnya produksi lebih rendah dari permintaan. Produksi yang rendah dari barang publik dianggap sebagai kegagalann pasar karena produsen tidak termotivasi untuk menemukan permintaan riil pada barang publik. Satu-satunya cara meningkatkan produksi adalah melalui intervensi regulasi. Tidak dapat dielakkan biaya free riders harus ditanggung oleh masyarakat seluruhnya jika produksi disubsidi untuk menemukan permintaan sesungguhnnya dari barang publik. Tampaknya informasi akuntansi merupakan barang publik. Ia dapat dilalui secara gratis dari orang ke orang dan setiap orang dapat mengkonsumsi isi dari informasi tersebut. Karena karakteristik ini, informasi akuntansi memiliki kualitas sebuah barang publik. Terdapat dua aspek regulasi pelaporan keuangan yang meningkatkan nilai sosial (eksternalisasi), tidak hanya didapatkan secara pribadi. • Pertama, peningkatan keterbandingan akuntansi antar banyak perusahaan • Kedua, meningkatkan kepercayaan pasar sekuritas Keduanya beroperasi untuk mengurangi resiko informasi pada pasar modal dan semestinya -sebagai sebuah hasil- manfaat kemasyarakatan dirasakan melalui resiko investasi yang rendah. Tetapi, jika informasi akuntansi adalah barang publik, perusahaan tidak mempunyai insentif yang kuat untuk menghasilkan dan menjual informasi akuntansi tentang dirinya sendiri. Pada sebuah pasar bebas, peluang kontrak secara pribadi untuk informasi perusahaan yang spesifik akan dibatasi dan selanjutnya inti dari satu argumen yang mendukung pasar non-regulasi akan tertantang secara serius. Akibatnya, akan terjadi produksi informasi yang rendah pada pasar non-regulasi. Intervensi dalam bentuk kewajiban persyaratan pelaporan perlu dipertimbangkan untuk meyakinkan ditemukannya permintaan riil untuk informasi akuntansi. - Tujuan Sosial Alasan lain untuk memaksakan regulasi bermaksud untuk mencapai tujuan sosial yang tidak ditemukan dalam pasar bebas meskipun tidak terjadi kegagalan pasar. Pendekatan ini juga didasari oleh argumen kepentingan publik dan tidak bisa dielakkan keterlibatan sebuah pertimbangan normatif tentang bagaimana masyarakat seharusnya mengalokasikan sumber dayanya. SEC memberi perhatian terhadap apa yang diistilahkan dengan pelaporan yang jujur (fair reporting) dan proteksi investor. Kejujuran pasar modal adalah tipe argumen kepentingan publik. Ini mengasumsikan bahwa pasar modal akan jujur hanya jika seluruh investor mempunyai kesetaraan dalam mengakses informasi yang sama. Situasi ini ditunjukkan sebagai simetri informasi dan merupakan tujuan patut dipuji, karena informasi yang lebih luas terdistribusikan dan pasar modal yang kompetitif terjadi. Setelah itu, informasi yang sempurna dan tanpa biaya menjadi asumsi model ekonomi kompetisi yang sempurna. Regulasiinsider trading adalah sebuah aplikasi filosofi informasi yang simetris. Regulasi tersebut mencoba mencegah akses secara tidak fair pada informasi pribadi dan mengambil keuantungan darinya. Perilaku yang diargumentasikan mengurangi kepercayaan investor pada kejujuran pasar modal. Tujuan sosial lainnya sebagai tambahan simetri informasi adalah keterbandingan, yang merujuk pada dapat dipercaya (reliability) dari LK ketika mengambil keputusan menggunakan LK pada sebuah dasar antar perusahaan. Misalnya, jika sebuah perusahaan menggunakan FIFO dan lainnya LIFO, sulit membandingkan current ratio-nya, kecuali sebuah penyesuaian dibuat untuk meletakkan perusahaan pada dasar yang sama. - Pembenaran Kodifikasii Penyusunan Standar Dalam sebuah monogram penting yang diterbitkan AAA, Gaa telahmemberikan sebuah justtifikasi yang berarti dari regulasi pelaporan keuangan dan proses penyusunan standar. Ia melihat tugas badan penyusun standar sebagai menyediakan standar ‘yang terbaik’ dari sudut pandang sosial. Fungsi ini akan terjadi pada sebuah lingkungan yang menembus oleh semacam masalah dimana manajer memiliki kepentingan yang tidak secara total sama dengan pemegang saham (masalah agensi), rendahnya informasi akuntansi yang dihasilkan karena ia adalah barang publik, kekurangan informasi yang simetris dan kurangnya keterbandingan. Perhatiaan Gaa bukan pada output FASB dalam bentuk standar, konsep, interpretasi dan semacam itu, tetapi lebih kepada rasionalitas yang mendasari proses penyusunan standar itu sendiri. Titik pandang kodifikasional (istilah yang digunakan dalam literatur filosofis) bukan hanya rasional, tetapi juga proses perubahan yang perlahan pada pengertian sistem dapat diterima untuk dikembangkan dan diperbaiki. Karenanya, bekerja lebih baik pada masyarakat yang demokratis dan relatif terbuka dibandingkan pada sebuah masyarakat yang otoriter. Akuntansi keuangan dapat lebih berkembang dengan regulasi yang membalut semua pemain (dimiliki oleh publik dan perusahaan diperdagangkan), satu dapat menerima sebuah rasional tetapi tidak sempurna –tanggapan dari badan yang meregulasi seperti CAP, APB dan FASB. Bila dilihat dari titik kodifikasi, anggota dari organisasi semacam FASB dapat diterima memiliki kemampuan, kesempatan dan keinginan untuk membuat sebuah keputusan yang benar. Output dari sistem kodifikasi seperti standar akuntansi tidak akan diperlukan menjadi benar dalam istilah logika deduktif. Malah, perilaku akan lebih open-minded, standar akan dievaluasi atas dasar apakah, ia telah bekerja dengan benar, misalnya apakah ia telah menyediakan informasi bagi pemakai pada reasonable cost? Jika standar tidak bekerja, seharusnya atau pada akhirnya ia harus diamandemen. Dengan demikian, pendekatan kodifikasi adalah pragmatis, karena maksimalisasi standar adalah untuk semua maksud dan keinginan yang tidak mungkin. Kodifikasi menyediakan sebuah gagasan yang baik dari apa yang bisa diterima pada saat masyarakat yang demokratis mencoba untuk mengatasi masalah distribusi yang sulit (bagaimana manfaat bisa dibagi pada sejumlah kelompok yang bersaing). Pada tangan yang lain, kodifikasi dipandang sebagai sebuah rasionalisasi yang diangkat dari status quo, walaupun secara defenisi, diasumsikan bahwa terdapat perbaikan institusional melebihi waktu menguraikan masalah. - Membandingkan Pasar Diregulasi dan Pasar Non-Regulasi Pada kenyataannya, akuntansi diregulasi. Sedikit berharga untuk mengetahui ‘biaya-manfaat’ dari regulasi. Argumen pro-regulasi -sebaik argumen pasar non-regulasi- adalah secara lebih luas lebih bersifat rasional deduktif daripada riset secara empiris. Secara singkat, tidak mungkin menerima kebenaran argumen lain. Apakah kelanjutan adalah sebuah usaha yang mencoba untuk menilai kebaikan dari kedua argumen dan membandingkannya pada titik dimana keduanya menuju isu yang sama. Satu argumen pro-regulasi adalah perusahaan akan memonopoli informasi tentang dirinya, terutama dipandang sebagai kegagalan pasar. Sejak perusahaan memonopoli informasi tersebut, akan lebih murah bagi masyarakat untuk memperoleh pengungkapan secara bebas daripada memiliki individu investor yang melakukan kontrak secara pribadi untuk mendapatkan informasi yang sama dan membayar harga monopoli. Pasar bebas meng-konternya dengan mengatakan. Memperhatikan tekanan persaingan mendapatkan modal, perusahaan mempunyai insentif untuk melaporkan secara sukarela tentang dirinya. Karena setiap individu berkesempatan pada berbagai alternatif investasi dan perusahaan tidak dapat menentukan harga secara monopoli. Mereka mendapatkan insentif melaporkan secara bebas dengan tujuan menarik modal dan merendahkan biaya modal dengan melaporkan perusahaan dengan baik. Argumennya adalah dirasakannya resiko informasi pada laporan yang tidak baik, dimana investor akan menghukum banyak perusahaan dengan meminta rate of return yang tinggi sebagai kompensasi besarnya resiko infornasi yang mereka pikir akan mereka dapatkan). Proregulasi membantah dengan mengatakan pada dasarnya pasar modal menyediakan insentif bagi laporan yang menyesatkan, paling tidak dalam jangka pendek. Implikasinya manajer perusahaan tidak akan membayar denda untuk laporan yang buruk atau menyesatkan dan untuk alasan ini, mungkin akan menarik untuk memanipulasi laporan dalam jangka pendek. Bagaimanapun, jika ini benar, ini juga merupakan pertanda bahwa pemilik belum mengembangkan mekanisme untuk memonitor kontrak agensi dengan manajer. Argumentasi lain yang menentang regulasi adalah bahwa informasi yang tidak dengan sukarela diungkapkan oleh perusahaan akan diperoleh melalui kontrak pribadi. Bagaimanapun kelangsungan hidup peluang kontrak pribadi adalah sesuatu yang dapat dipertanyakan sebab hal itu menciptakan ketidakjujuran pada pasar modal. Informasi pribadi yang sedikit berarti sedikit kesejahteraan yang ditransfer antara yang memiliki informasi dan yang tidak. Ini sama secara prinsip dengan regulasi di balik insider trading. Argumen pro dan kontra regulasi mewakili diliberasi ekstrem. Pada kenyataanya pengungkapan secara sukarela berpeluang menjadi alasan substansi dari apa yang telah disebutkan. Misalnya standarisai kebijakan akuntansi akan mempercepat penyeragaman antar perusahaan daripada yang terjadi pada pasar non-regulasi. Hal ini akan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mengurangi kecaman padanya. Kewajiban pelaporan publik juga meningkatkan kejujuran pada pasar modal dan mengurangi jumlah biaya sosial untuk memperoleh informasi. Sejak dilakukan pengaturan informasi yang dihasilkan sebagai produk sampingan sistem akuntansi perusahaan, biaya regulasi pada perusahaan kelihatan menjadi rendah ketika manfaat yang dirasakan masyarakat lebih substansial. Dengan demikian regulasi diperlukan, filosofi kodifikasi menjustifikasi proses penyusunan standar, walaupun hal tersebut bukan jaminan hasilnya akan optimal. Kebanyakan argumen ekonomi yang menentang regulasi mempertahankan bahwa terdapat insentif untuk pelaporan secara sukarela. Bagaimanapun, fokus dari regulasi akuntansi bukan kewajiban pelaporan semata, juga dalam peningkatan kualitas informasi yang dilaporkan. Regulasi akuntansi terutama memperhatikan memperhalus dan menyatukan aturan pengakuan dan pengukuran yang digunakan dalam mempersiapkan LK. Sebuah implikasi yang penting adalah regulasi akuntansi membutuhkan fondasi teoritis yang memberikan terutama kualitas informasi yang harus diatur - Ketidaksempurnaan Peraturan Akuntansi Bila penetapan harga pada pasar bebas tidak berjalan karena kegagalan pasar atau deliberasi ditinggalkan dengan alasan sosial, tidak mungkin untuk mengetahui jika sumber daya digunakan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial, atau untuk mencapai secara optimal pada pada pemikiran yang lebih terbatas dari Pareto-optimality (terjadi pada saat tidak mungkin membuat orang menjadi lebih baik tanpa membuat seseorang menjadi lebih buruk. Dalam perekonomian, Pareto-optimality dipertimbangkan menjadi efesien. Jika dimungkinkan membuat orang menjadi lebih baik tanpa biaya, maka alokasi sumber daya yang terjadi adalah inefesiensi dan membuang sumberdaya menjadi tidak optimal). Regulasi pasar akan dibenarkan jika terjadi kegagalan pasar (misalnya dalam kasus barang publik) atau jika pasar bebas menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan tujuan sosial. Ironisnya, produksi yang diregulasi dan keputusan harga tidak menjawab secara optimal masaalh yang tidak terselesaikan olehfree market pricing system. Inilah paradoks regulasi. Ekonom menyimpulkan mustahil menurunkan kebijakan regulasi yang diketahui akan memaksimalkan kesejahteraan sosial. Ini agaknya kesimpulan yang suram merupakan subyek dari Arrow yang dikenal dengan Impossibility Theorem. Sekali free market pricing system ditinggalkan tidak ada jalan untuk menentukan agregat pilihan masyarakat. Jika sistem harga bekerja, maka agregat pilihan masyarakat diungkapkan melalui keseimbangan demand dansupply, dan sumber daya yang dialokasikan menyelaraskan harga pasar. Tidak ada aturan yang dapat dibandingkan pada pasar yang diregulasi, dan untuk alasan ini, sulit untuk menilai keuntungan pasar diregulasi. Karena paradoks ini, juga mustahil untuk mengetahui jika regulasi akuntansi menghasilkan kuantitas dan kualitas pelaporan keuangan yang optimal. Ekonomi berargumen bahwa barang publik yang ditawarkan pada pasar diregulasi akan over-produksi. Hal ini bertolak belakang dengan dengan under-produksi pada pasar non-regulasi, menjadi paradok kedua dari regulasi. Alasan over-produksi adalah demand akan dilaporkan lebih tinggi (dari sebenarnya) karena pemasok barang publik di bawah aturan dengan normal disubsidi (bahkan tidak ada biaya). Pengguna melaporkan lebih permintaan dan pilihan real mereka, karena barang tersebut gratis bagi mereka. Karena informasi akuntansi bersifat barang bebas, terdapat sebuah bahaya nyata kelebihan produksi informasi akuntansi yang terjadi di pasar diregulasi. Misalnya pengguna informasi akuntansi, termasuk analis keuangan dapat berargumen memiliki bisa berinisiatif melakukan permintaan untuk informasi yang gratis mengenai peruisahaan. Untuk menentukan kebijakan akuntansi, FASB dapat dengan mudah diperdaya mengenai tingkat permintaan real untuk kebijakan akuntansi alternatif atau baru, karena pengguna tidak membayar secara langsung untuk itu. FASB juga harus disadarkan dari masalah kelebihan produksi informasi atau apa yang disebut standar overload, terutama yang berdampak lebih kecil, perusahaan yang tidak terpublikasi. Saat ini, hanya keringanan yang dikecualikan dari beberapa perusahaan yang secara dekat dari suplemen pengungkapan. Kecenderungan kelebihan produksi pada pasar diregulais bisa dihindari hanya jika sistem harga dapat dipaksakan pada barang publik, menciptakan para pembeli yang secara efektif termasuk yang mengkonsumsi barang tersebut. Televisi kabel adalah sebuah contoh bagaimana pemaksaan ini dapat diselesaikan dengan sinyal televisi. Kuncinya adalah memperkuat hak properti atas barang sehingga yang bukan pembeli tidak termasuk ke dalam yang bisa mengkonsumsi secara gratis. Artinya dalam akuntansi, seharusnya ada arsip laporan perusahaan yang ada di SEC dan mengenakan bea bagi pengguna yang ingin memperbanyak. Jika informasi akuntansi dijual, terdapat insentif bagi pengguna untuk tidak melepaskan informasi pada free riders. Dengan cara ini permintaan riil terhadap informasi dapat ditentukan dan biaya produksi dapat ditutup kembali dari pengguna riil informasi akuntansi. Sistem arsip elektronik SEC (EDGAR) merupakan teknologi yang mulai memfasilitasi penciptaan hak properti atas pelaporan keuangan , dimana pengguna dikenakan bea untuk mengaksesnya. Sebaliknya sistem pengungkapan yang ada saat ini membebanka biaya lebih kepada perusahaan daripada pemakai. Dengan asumsi perusahaan menutup kembali biaya secara tidak langsung melalui harga produk, sehingga pengguna informasi akuntansi disubsidi oleh pengguna produk perusahaan. Konsekuensinya regulasi dapat dikecam pada bidang kejujuran. Sebagai rangkuman, konsekuensi negatif dari regulasi akuntansi yang diterapkan pada barang public (a). emungkinan kelebihan alokasi sumber daya sosial kepada produksi dari informasi akuntansi yang tersedia bebas di masyarakat. (b). Transfer kesejahteraan dari non-pengguna ke pengguna informasi akuntansi. Transfer kesejahteraan terjadi karena pengguna memperoleh manfaat dari informasi akuntansi yang bebas pada saat non-pengguna secara mutlak membayar biaya produksi. Tetapi juga akan menjadi biaya sosial kalau tidak mengatur pelaporan keuangan, bila terjadi kegagalan pasar atau apabila tujuan sosial yang diinginkan tidak ditemui pada pasar bebas. 3. Proses Regulasi Regulasi pada dasarnya adalah sebuah aktivitas politik. Ia tidak dimaksudkan sebagai kecaman atau mengejutkan karena regulasi menjalankan kepentingan publik. Bagaimanapun, tidak jelas secara persis apakah pengertian dari kepentingan publik. Karena kesejahteraan tidak dapat diukur (the Impossible Theorem), tidak ada kriteria untuk menentukan apakah kebijakan yang akan memaksimalkan kepentingan publik. Konsekuensinya, gagasan kepentingan publik paling baik dipahami dalam konteks politik dan dengan merujuk kepada kenyataan redistribusi laba dan kesejahteraan yang dianjurkan. Tidak ada cara untuk menentukan regulasi akuntansi yang optimal dan regulasi menjadi hasil sebuah proses politik sebagaimana proses ekonomi. Tidak mengherankan, model self-interest (kepentingan pribadi) dalam ilmu ekonomi, digunakan dalam menganalisa perilaku politik dan regulasi. Pada sebuah pasar regulasi, pribadi atau kelompok yang mempunyai kepentingan di pasar akan termotivasi untuk melobi untuk kerpentingan mereka untuk membentuk koalisi dengan bagian lain guna mnguatkan pengaruh mereka dan secara umum mencoba mempengaruhi sistem politik untuk keunggulan mereka. - Sikap Dasar Politik dari Regulasi Tradisi demokrasi di AS dimana setiap due-process merupakan unsur yang penting dalam proses regulasi. Dalam menyusun kebijakan, sebuah agen regulasi mencoba melibatkan semua bagian yang terpengaruh oleh deliberasi, hal ini penting untuk menjaga llegitimasi dari proses regulasi. Dengan kata lain setiap orang yang terpengaruh oleh kebijakan mempunyai kesempatan memberikan masukan pada proses pembuatan keputusan. Tradisi due-processkembali pada agen federal, the Interstate Commerce Commission, yang menganjurkan sebuah metode operasi bagi badan peregulasi (termasuk prinsipdue-process) adalah lebih penting bagi kelangsungan politik sendiri daripada keputusan aktual yang dibuat. Beberapa anggota profesi akuntansi percaya bahwa penyusunan kebijakan akuntansi adalah netral dan a-politis. Pandangan yang lebih luas adalah bahwa kebijakan akuntansi tidak dapat mengelak dari politik karena pada dasarnya adalah negosiasi. Chapter 3 memperlihatkan kegagalan CAP dan APB sebagai badan peregulasi karena kekurangan struktur politik yang diperlukan untuk memastikan kelangsungan keberadaannya. Satu hal mereka memiliki kewajiban yang lemah dalam me-regulasi pelaporan keuangan. Hingga penerbitan ASR 150 tahun 1973, SEC belum secara resmi menguasakan penyusunan standar kepada sektor swasta. Apa yang terjadi adalah sebuah aliansi informal dimana SEC secara diam-diam menerima standar akuntansi seperti arsip SEC. Secara berkala SEC tertarik dengan standar yang spesifik. Kredit pajak investasi dihasilkan dalam situasi seperti itu. Karena aturan ini, otoritas AICPA untuk me-regulasi sangat lemah. Dari perspektif SEC, aturan yang diutamakan pada ASR 150 adalah keamanan dan fleksibilitas. Dengan mengizinkan self-regulation pada sektor swasta, SEC terlindungi dari politik penyusunan sesungguhnya kebijakan akuntansi, kecuali pada saat yang bijaksana untuk melakukan hal yang demikian. Dalam satu pemikiran, SEC berada pada posisi menggunakan sektor swasta sebagai kambing hitam jika kongres mempertanyakan kerja SEC. Sifat fatal lain pada komite-komite AICPA adalah sifat pintu tertutup dalam penyusunan kebijakan. Kelihatan tidak melalukan due-process dalam menentukan aturan akuntansi dan pengungkapan. Walaupun beberapa fakta informal dikumpulkan dan disosialisasikan pandangan dari bagian yang berkepentingan, niscaya terjadi, tetapi due-process formal sampai akhir APB tidak terimplementasi. Kelemahan due-process adalah terkadang membawa pada tingkat penerimaan yang rendah dari bagian yang terpengaruh. Ironisnya, profesi akuntansi berpikir pendekatan pintu tertutup adalah baik karena mengisolasi pembuatan kebijakan dari pengaruh pihak luar. Pada saat itu diyakini bahwa kebijakan akuntansi terutama adalah proses identifikasi kebenaran metode akuntansi normatif. Melihat ke belakang, hal ini kelihatan naif, tapi periset akuntansi dan pembuat kebijakan bersikuikuh secara kuat dengan pendirian ini sampai 1960-an. Dari titik pandang regulasi, FASB jauh lebih sukses dari kedua badan terdahulu. Standar yang disyahkan SEC dalam ASR 150 due-process dipakai sebagai prosedur standar dalam perdebatan dan pengembangan kebijakan akuntansi. Sebagai sebuah sistem resmi pembuatan keputusan dengan due-processsangat lamban, tapi inilah sifat dasar dari politik demokrasi. Arrow merujuk kecenderungan ini sebagai demokratic paralysis. Regulasi di bawah sistem due-process berjalan lambat, tetapi mencapai konsensus memberi legitimasi pada regulasi. Mekanisme due-process telah terlembaga dalam struktur organisasi FASB. - Perilaku Regulasi Capture theory dan life-cycle theory dalam regulasi berargumen bahwa kelompok pada akhirnya akan teregulasi dan menggunakan proses regulasi untuk memajukan kepentingannya. Jika hal ini terjadi proses regulasi dipertimbangkan untuk ditangkap. Teori siklus hidup menyatakan bahwa agen regulasi akan melewati beberapa tahapan yang berbeda. Meskipun dimulai dengan kepentingan publik, regulasi akan menjadi instrumen untuk melindungi kelompok yang diregulasi. Bagian yang teregulasi dan agen regulasi akan melihat kepentingan mereka bertemu. Menjadi sulit bagi pembuat regulasi untuk menjadi independen sejati karena kelangsungan agen regulasi sendiri tergantung pada seberapa baik kebijakan diterima oleh kelompok yang teregulasi. Yang sering terjadi, badan peregulasi melindungi kelompok teregulasi dari persaingan. Perilaku ini diamati pada agen regulasi yang lebih tua sebelum dideregulasi, misalnya the Interstate Commerce Commission yang mengatur transportasi darat, the Federal Aviation Agency yang mengatur transportasi udara, dan the Federal Communications Commissions yang mengatur perizinan radio dan televisi. Perilaku ini pada kedua sisi, peregulasi dan kelompok yang diregulasi dijelaskan dengan self-interest theory dari perilaku politik. Capture theory dan life-cycle theory telah diterapkan dalam regulasi akuntansi. Sejak tahun 1976 sampai 1978 Kongres AS memeriksa dugaan regulasi akuntansi dikangkangi ‘the Big Eight group’ KAP. Sebagai auditor yang berkuasa dari perusahaan publik terdaftar, kelompok ini memiliki kepentingan yang luas dalam permainan kebijakan. Ditambah lagi, sebelum FASB, regulasi akuntansi terutama dilakukan oleh komite AICPA, yang tidak diragukan lagi sangat dipengaruhi oleh the big 8. Dengan implementasi independensi FASB, argumen teori capture banyak kehilangan validitasnya. Pada saat hearing, FASB telah beroperasi beberapa tahun. Beberapa perubahan dibuat dalam menanggapi hearing Kongres, misalnya restrukturisasi AICPA untuk mengurangi dominasi the big 8, dan meningkatkan self-regulation oleh AICPA. Tapi status quo dalam regulasi akuntansi yang masih ada diteliti dengan cermat secara terpisah dari Kongres karena capture theory dan life-cycle theory sedikit dapat diaplikasikan dalam pelaporan keuangan. Sejumlah kelompok terpengaruh secara tidak langsung dengan regulasi akuntansi, menjadi lebih luas dan beragam dari yang ada pada industri yang diregulasi tradisional. Studi kepatuhan pada FASB ditemukan bahwa the big 8 tidak memiliki kesamaan pandangan dan kelompok ini tidak mendominasi kebijakan di FASB. Studi ini menyimpulkan pengambilan keputusan di FASB adalah pluralistik. Auditor dan siapapun yang terpengaruh oleh regulasi akuntansi serta perusahaan harus mematuhi regulasi, free riders yang menggunakan informasi secara gratis untuk analisa investasi memiliki kepentingan yang berbeda, dimana tempat bagi peregulator akuntansi adalah sebuah tempat yang lebih netral daripada industri yang diatur lainnya. Perilaku Perusahaan, Auditor dan Free Riders Manajemen perusahaan dapat menerima regulasi yang akan berdampak pada salah satu, perusahaan atau dirinya sendiri. Seluiruh regulasi akuntansi menentukan jumlah biaya produksi pada perusahaan. Satu argumen, terdapat kecenderungan manajemen untuk menolak pengungkapan atau aturan baru yang menambah biaya bagi perusahaan, walaupun ada beberapa aturan yang menyebabkan perusahaan menaikkan laporan laba bersih. Manajemen akan terdorong pada kebijakan yang berdampak positif dalam pelaporan income sehingga menaikkan kompensasi mereka. Sebuah studi menemukan hasil yang berbeda. Sebuah perusahaan besar yang diregulasi mendukung regulasi yang mengakibatkan income dilaporkan lebih rendah. Alasannya adalah self-interest tipe perusahaan ini adalah meminimkan biaya politik, seperti intervensi regulasi pada masa yang akan datang, dan pelaporan laba yang lebih rendah sejalan dengan tujuan tersebut. Auditor memberi perhatian pada implikasi auditing aturan pelaporan keuangan. Naif, untuk berpikir bahwa opini KAP besar tidak dipertimbangkan secara serius dalam deliberasi kebijakan akuntansi. Kebanyakan KAP menjaga hubungan dengan personal FASB dan secara rutin menghadiri dengar pendapat kebijakan di FASB. Auditor dapat menerima dan mendukung kebijakan yang mengurangi resiko audit misalnya, aturan yang menjelaskan atau menstandarisasi pelaporan keuangan. Auditor cenderung untuk menoiak kebijakan yang akan memperluas fungsiaudit ke wialayah subyektif, seperti pengungkapan suplemen data inflasi akuntansi dan ramalan laba. Alasannya adalah kejujuran. Jika banyak informasi subyektif yang diperlukan, auditor akan mendapatkan resiko yang lebih besar dalam mengaudit informasi, dengan meningkatnya kemungkinan pengajuan perkara. Auditor akan menolak resiko tersebut, mereka akan memilih untuk menghindar. Terakhir, free riders seperti analis keuangan juga berusaha untuk mempengaruhi hasil deliberasi kebijakan akuntansi. Analis memiliki motivasi yang kuat untuk meminta informasi baru yang mereka dapatkan dengan bekerja sama dengan konsultan investasi dan surat kabar. Sebagai penghubung informasi mereka dengan mudah mendapatkan uang dengan meringkas informasi bagi investor yang tidak punya waktu. Perilaku lobi dari free riders membutuhkan pengawasan yang lebih dekat oleh FASB karena free riders tidak mempunyai kepentingan ekonomi secara langsung dengan produksi informasi, sebagaimana manajer dan auditor. Karenanya, respon terhadap tekanan mereka menjadi lebih mudah pada situasi kelebihan produksi. Secara poloitik sulit untuk menyepakati dengan free riders karena mereka bisa meng-klaim bertindak untuk kepentingan publik dengan membuat pasar modal yang lebih jujur dan lebih kompetitif melalui pelaporan publik secara bebas dan gratis. Meskipun argumen ini benar, hal tersebut mengabaikan pertanyaan terhadap biaya produksi informasi dan siapa yang membayar untuk regulasi akuntansi. Bahaya menundukkan tekanan dari kelompok kepentingan khusus harus dicatat. Pembuatan kebijakan akuntansi semestinya tidak melayani kelompok tersebut melakukan kerusakan masyarakat secara keseluruhan. Ketika mereka mendominasi pembuatan kebijakan, kewajiban tidak akan bertahan lama karena proses regulasi telah dikangkangi kelompok vested interest. Regulasi akuntansi mungkin akan berlanjut dan penting untuk memahami proses regulasi tersebut. Mayoritas regulasi akuntansi menguraikan kehalusan LK dan standarisasi praktik lebih dari sekedar memperluas pengungkapan. Artinya masalah kelebihan produksi merupakan masalah yang dibesar-besarkan dengan mengkritik regulasi. Bagaimanapun seperti tercatat sebelumnya terdapat kekurangan fakta untuk mendukung argumen yang menantang regulasi akuntansi dan meyakini bahwa regulasi akuntansi menghasilkan manfaat sosial yang penuh harapan 4. Konsekuensi Ekonomi dari Kebijakan Akuntansi Jelas, proses pembuatan aturan akuntansi adalah sebuah proses politik dengan beragam konstituen yang melobi untuk posisi mereka. Pada saat agen penyusun standar harus netral di antara kelompok yang bersaing dalam memyediakan informasi yang bermanfaat untuk memprediksi arus kas dan untuk menilai kinerja manajemen, penyusunan standar sering memerlukan manfaat dari satu kelompok daripada yang lain. Kebijakan akuntansi tidak dengan mudah dalam persoalan optimalisasi atau efesiensi ekonomi. Juga dampak laba dan distribusi kesejahteraan dan ini memerlukan isu sosial dan politik melebihi akuntansi. FASB dengan cara yang terbatas menerima masalah ini dengan pertimbangan konsekuensi ekonomi dari kebijakan yang diusulkan dengan mendefenisikan sebagai dampak laporan akuntansi pada...bisnis, pemerintah, negara, investor, dan kreditur. FASB sangat sensitif pada biaya produsen dan apakah ada manfaat kepada poengguna eksternal untuk pembebanan baru, standar akuntansi dengan biaya. Pada tahun 1970 FASB memulai studi untuk membantu menilai dampak ekonomi standar pada perusahaan. Sayangnya studi ini hanya difokuskan terutama pada perusahaan, pemegang saham dan analis keuangan. Bagian lain seperti kreditur, konsumen, karyawan dan pemerintah tidak dijadikan faktor dalam menghitung ‘biaya-manfaat’ regulasi pelaporan keuangan, akibatnya hasilnya tidak mengejutkan dan pertanyaan besar kemampuan perusahaan dalam tanggung jawab sosial tidak ditanggapi secara serius. FASB hanya mempertimbangkan biaya dalam pengertian yang sempit yaitu, biaya produsen dan manfaat dalam istilah kebutuhan informasi di pasar saham. Akibatnya, perusahaan kecil berargumen aturan hanya untuk perusahaan besar.

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN PENGENDALIAN BIAYA

ASPEK KEPERILAKUAN PADA 
PENGAKUMULASIAN DAN PENGENDALIAN BIAYA 

1. Biaya dan Fungsi manajemen 
Dalam perusahaan manufaktur, biaya menjadi dua kategori utama berdasarkan aktivitas fungsionalnya menjadi biaya manufaktur dan biaya non-manufaktur yang sering juga disebut biaya operasi. Biaya manufaktur terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. 
 2. Pentingnya manajemen biaya 
Kebanyakan pendapatan penjualan dalam suatu perusahaan dihasilkan dengan mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, manajemen biaya adalah penting. Anggaran biaya dan analisis biaya adalah salah satu cara mengendalikan dan mengatur biaya guna memperbaiki laba bersih. 
3. Sistem Biaya Tradisional versus Sistem Akuntansi Biaya
 - Tujuan dan penggunaan sistem akuntansi biaya Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan, produksi barang atau penyerahan jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan, melalui akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan laba.
 - System biaya tradisional (historis) Istilah tradisional (historis) mengacu pada system biaya yang membatasi input pada biaya historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variable oleh unti produk atau jasa. Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini adalah bahwa persyaratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunti produk atau jasa memperhintungkan semua biayaa baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek biaya. Kelemahan utama lainnya berkaitan dengan penggunaan system biaya tradisional untuk tujuan pengendalian adalah bahwa satu- satunya dasar untuk pengendalian adalah perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari periode sebelumnya.
 4. Sistem Biaya Standar
 - Ruang Lingkup Sistem biaya standar mencerminkan percampuran yang potensial efektif dari akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi modern. Biaya standart adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara ilmiah, yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Aspek pengendalian yang melekat dari perhitungan biaya standar adalah kapasitasnya untuk membandingkan, sebagai dari arus data regular, kinerja actual dengan standar yang ditentukan sebelumnya dan untuk menyoroti varians antar kedua tingkat biaya tersebut. 
- Sistem Biaya Standard an Anggaran Fleksibel Terdapat hubungan yang penting antara penganggaran fleksibel dan system biaya standar. Taksiran system biaya standar sebenarnya menginventarisasikan sepanjang periode pada jumlah anggaran fleksibel. Ingan bahwa anggaran fleksibel adalah anggaran biaya perunit dikalikan dengan jumlah unit actual. Oleh karena itu, system biaya standar menjawab pertanyaan seperti apa laporan laba rugi dan neraca akan terlihat jika biaya-biaya dan input perunit harus direncanakan dengan tepat pada tingkat output actual yang dicapai (unit yang dibuat dan unit yang dijual).
 - Kompatibilitas dengan Konsep Teori Organisasi Modern Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk system biaya standar yang sesuai dengan konsep teori organisasi modern, langkah- langkah pengendalian berikut ini, 1. Penetapan tujuan organisasi 2. Penentuan pusat pertanggung jawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada masing – masing. 3. Pengisian staf dari pusat pertanggung jawaban dengan individu – indivitu yang memiliki kempuan, motivasi, dan pengetahuan yang mencakupi untuk melakukan fungsinya. 4. Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggung jawaban dan unti organisasi lainnya serta, dimana perlu, lingkungan eksternal 5. Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yang mencangkupi, relevan, dan tepat waktu sepanjang jalur komunikasi. 6. Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mungukur dan mengevaluasi kinerja dalam hal tujuan organisasi dan memberikan umpan balik mengenal penyesuaian yang diperlukan dalam tujuan dan atau kinerja. System biaya standar dirancang untuk berfungsi secara simulatan sebagai suatu sumber informasi. Jalur komunikasi, dan alat pengendalian serta evalusi kinerja. 
5. Perhitungan Biaya Langsung Atau Variable
 - Filosofi Yang Mendasari Semua metode akuntansi biaya tradisional, sesuai dengan konsep biaya tersebut, membebankan unit produk atau jasa dengan baiya penuh. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan langsung ke unti produk atau jasa, sementara overhead tetap dan variable pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tarif yang didasarkan pada volume yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan biaya langsung atau biaya variable membedakan antara baiay produksi (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, an bagian variable dari overhead) dengan biaya untuk siap menghasilkan(overhead tetap atau biaya periode) hanya biaya yang ditibulkan oleh produksi atau penyerahan jasa sekarang saja yang diklasifikasikan sebagai biaya per unit produk atau jasa dan dikapitalisasi sampai barang – barang tersebut terjual atau jasanya diserahkan. Pendukung perhitungan biaya langsaung mempertimbangkan pembagian oberhead berdasrakan struktur biayanya sebagai kebutuhan dasar untuk pengendalian biaya yang efektif serta pengambilan keputusan yang berarti. 
- Dorongan Keperilakuan Dorongan keperilakuan konsep, prinsip, dan praktik akuntansi mempengaruhi pengukuran kinerja menajerial dan. Konsekuensinya, keputusan manajemen. Hawkins menyatakan bahwa konsep, prinsip, dan praktik akuntansi adalah bagus secara keperilakuan maupun teknis jika konsep, prinsip, atau praktik tersebut : 
1. Menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak menguntungkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternative akuntansi 
2. Menghambat adopsi atas praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan ilusi kinerja. 
6. Pengendalian Biaya Membagi biaya ke dalam komponen variable dan tetap memberikan dasar yang lebih baik untuk pengendalian biaya. Biaya teknik meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel Biaya tetap yang dikomitmenkan atau biaya kapasitas adalah seluruh baiay organisasi dan pabrik yang terus terjadi dan yang tidak dapat dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka panjang. Biaya diskresioner yang muncul dari keputusan periodic yang tidak memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara input dan output 
 7. Pengambilan Keputusan Pengetahuan akan biaya diferensial atau biaya variabel serta margin kontirbusi akan mempengaruhi perilaku manajer dan mengarahkan mereka pada pengambilan keputusan yang lebih baik. Beberapa situasi pengambulan keputusan yang umum akan dijelaskan berikut ini.
 - Keputusan bauran produk, keputusan mengenai bauran produk, manajer penjualan yang mengetahui margin kontribusi dari produk
 – produknya akan jauh lebih mampu untuk memutuskan produk mana yang akan didorong dan mana yang harus dikurangi atau ditolerir hanya karena penjualannya menguntungkan produk lain.
 - Penentuan harga produk baru, produk baru umumnya diterima dipasar stelah diuji coba secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki reputasi dal;am industry tersebut.
 - Penghapusan produk, margin kontribusi akan membantu manajemen dalam menentukan apakah akan menghentikan suatau produk atau hanya berhenti menjualnnya dipasar tertentu. 
- Pesanan khusus, dalam pemesanan khusus terdapat dua jenis situasi pemesanan khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi untuk pelanggan istimewa atau persyaratan khusus untuk ukuran. Metode pengiriman, atau pengepakan.
 - Kampanye iklan dan promosi, untuk meningkatkan volume penjualan saat ini, perusahaan dapat meluncurkan kampaye ikalan dan promosi khusus. Semakin tinggi margin kontribusi dari produk yang dipromosikan atau diiklankan, maka semakin bersar manfaat bersih potensialnya , semakin rendah margin kontribusinya, maka semakin banyak tambahan unit yang harus dijual menutupi tambahan biaya. - Keputusan mengurangi biaya, pengetahuan ini akan mendorong manajemen untuk sangat waspada terhadap biaya dan juga memperkenalkan alat dan prosedur untuk menghemat biaya. 8. Aspek Keperilakuan Dari Langkah Akuntansi Biaya Yang Dipilih
 - Penetapan standar Elemen yang paling berpengaruh dalam menetukan keberhasilan atau kegagaln system biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja . standar memiliki fungsi ganda yaitu berfungsi sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat evaluasi kinerja. 
- Partisipasi dalam penetapan standar Dalam salah satu studi empiris mereka, mereka menggunakan teori disonansi kognitif untuk mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai kenapa partisipasi lebih efektif dalam penetapan standar kinerja. Dalam konteks penetapan standar, teori ini mengimplikasikan bahwa jika manajemen menginginkan komitmne yang pasti terhadap standar maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan. 
- Standar yang ketat versus standar yang longgar Standar yang akan digunakan haruslah tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar , standar yang ketat akan lebih sering tidaktercapai daripada dipenuhi - Penyerapan overhead Ukuran dari varians ini juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang dipilih sebagai penyebut dalam penentuan tarif tersebut .tingkat kapasitas jangka panjang akan menghasilkan varians yang berbeda dibandingkan dengan tingkat kapasitas jangka pendek. - Alokasi biaya tidak langsung Dalam riset yang didukung oleh national association accountans menentukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan dengan tegas dua jenis biaya tak langsung biaya jasa koporat dan biaya administrative koporat. - Analisis Varians Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodik antara biaya actual dengan sasaran biaya yang sudah ditentukan sebelumnya baik dalam bentuk anggran maupun standar. - Keputusan Investigasi Varians Keputusan manajemen semata- mata bergantung pada penilaiannya atas signifikan diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikan pengendalian hanya jika varians berasal dari penyebab yang dapat ditentukan atau, dengan kata lain, tidak bersifat acak dan rentan terhadap tindakan perbaikan. Kerumitan permasalahan yang sebenarnya terletak pada fakta bahwa tanpa investigasi, manajemen tidak memiliki dasar untuk menentukan apakah varians tertentu ditimbulkan dari penyalahgunaan yang dapat diidentifikasi dan dikendalikan , atau apakah varians tersebut bersifat acak atau tidak dapat dikendalikan. 
- Aspek Keperilakuan Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat mempengaruhi respon manusia adalah faktor- factor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan balik, keketatan pemaksaan, dan penghargaan serta sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian. Batas pengendalian, batas ini menentukan seberapa mudah atau sulit bagi seseorang yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan berapa banyak ruang mereka memiliki untuk gagal sekali waktu. Hasil umpan balik, umpan balik yang positif akan memberitahukan mereka bahwa mereka ada jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama. Umpan balik yang negatif tidak akan secra otomatis mendorong mereka untuk melakukan usaha yang lebih besar, tetapi hal tersebut dapat secara perlahan – lahan menurunkan tingkat sapirasi mereka dan mengikis tingkat usaha serta kinerja mereka. Ketatan pemaksaan, pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan menimbulkan tekanan dalam diri indiviu yang dikendalikan. Tekanan dapat menyegarkan individu – individu tertentu. Struktur penghargaan, orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebut disertai dengan penghargaan intrinsik maupun ekstrinsik.