Tugas Mandiri Dosen
Pembimbing:
Teori
Akuntansi Andi
Irfan, SE, Msc
Earning Manajement Good or Bad?
Disusun
oleh:
Desissa Nazrah
11073202212
Akuntansi S1/ VI/ A
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi berupa posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan perusahaan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam
rangka pengambilan keputusan. Pemakai
laporan keuangan meliputi manajemen, investor sekarang maupun investor
potensial, karyawan, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
Laporan keuangan selain merupakan media
komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, juga
merupakan sarana pertanggungjawaban yang menunjukkan kinerja manajemen dalam
pengelolaan sumber daya perusahaan. Salah satu parameter penting dalam laporan
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba, yang
disajikan pada laporan laba rugi.
Manajemen laba diduga muncul atau
dilakukan oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan
karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan tersebut. Manajemen laba
menarik untuk dikaji karena dapat memberikan gambaran perilaku para manajer
dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya
kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur
data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan
upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi dapat pula
dilakukan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) yang
diperkenankan menurut peraturan akuntansi.
Anggapan tentang baik atau buruknya
manajemen laba masih menjadi perdebatan dan persoalan yang rumit. Sebagian
kalangan mengatakan manajemen laba sah-sah saja dilakukan, sebagian lagi
mengatakan manajemen laba merupakan perilaku menyimpang. Saya tertarik untuk
memaparkan persoalan tentang manajemen laba, mengkaji, dan berusaha
menyimpulkan, tentang baik atau buruknya manajemen laba dalam sebuah makalah
yang berjudul “Earning Management, good or Bad?”.
1.2
Perumusan
Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1. Pengertian Earning Management
(manajemen laba)
2. Isu-isu dalam manajemen laba
3. Motivasi Melakukan Manajemen Laba
dan Mekanisme Manajemen laba
4. Implikasi manajemen laba terhadap
analisis laporan keuangan
5. Manajemen Laba (Earnings
Management) dalam tinjauan etika islam
6. Apakah
manajemen laba itu baik atau buruk?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara
lain:
1. Untuk mengetahui apa Pengertian Earning
Management
2. Untuk
dapat mengetahui isu-isu dalam manajen laba
3. Untuk
mengetahui motivasi apa saja yang bias menyebabkan seseorang melakukan
manajemen laba dan bagaimana mekanismenya
4. Untuk
mengetahui bagaimana implikasi manajemen laba terhadap analis laporan keuangan
5. Untuk
mengetahui bagaimana tinjauan etika islam terhadap manajemen laba
6. Untuk
mengetahui apakah manajemen laba apakah baik atau buruk
1.4
Batasan
Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang pengertian manajemen
laba, motivasi melakukan manajemen laba dan mekanismenya, implikasi manajemen
laba terhadap analisis laporan keuangan, tinjauan etika islam terhadap
manajemen laba, dan kesimpulan tentang baik atau burukkah suatu manajemen laba
itu.
1.5
Metode
Penulisan
Dalam
pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji
pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan dan juga perolehan bahan dari media
internet yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu
dengan tema manajemen laba baik atau buruk?
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
1.4 Batasan Masalah
1.5 Metode Penulisan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB
II
PEMBAHASAN
EARNING
MANAGEMENT GOOD or BAD?
2.1 Pengertian Manajemen Laba
Subramanyam dan John (2013, hlm.131), Manajemen
laba dapat didefenisi sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses
penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper,1989).
Seringkali proses ini mencakup mempercantik laporan keuangan, terutama angka
yang paling bawah, yaitu laba. Manajemen laba dapat berupa kosmetik, jika menejer memanipulasi data akrual yang tidak memiliki
konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika manajer memilih tindakan dengan konsekuensi arus kas
dengan tujuan mengubah laba.
Manajemen kosmetik laba merupakan hasil
dari kebebasan dalam aplikasi akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Standar
akuntansi dan mekanisme pengawasan mengurangi kebebasan ini.
Ahmed riahi dan Belkaoui (2012, hlm.201)
Pada dasarnya, defenisi operasional dari manajemen laba adalah potensi
penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungna pribadi.
Hubungan berikut ini adalah hal yang sangat penting untuk dapat memahami
manajemen laba sebagai manajemen akrual:
1. Total
akrual = Laporan laba bersih – arus kas dari operasi
2. Total
akrual = Akrual bukan pilihan + akrual pilihan
Para pengambil keputusan yang
menggunakan data laporan keuangan seharusnya memang lebih berhati-hati dan
bersikap kritis dalam menilai kualitas sebuah laporan keuangan. Pasalnya bisa
saja laporan keuangan yang sedang
dinilai telah dimanipulasi atau disajikan jauh dari substansi ekonominya.
Manipulasi tersebut bias dilakukan dengan cara yang legal maupun illegal, baik
mengikuti maupun melanggar standar akuntansi keuangan yang ada.
Dedhy sulistiawan, dkk (2011, hlm.66) Perusahaan
yang melakukan Creatif accounting dengan cara ilegal dan terbukti bersalah bisa
dikatakan telah melakukan skandal akuntansi. Pengguna laporan keuangan
memerlukan cara untuk mendeteksi manipulasi laba agar tidak menjadi korban dari trik akuntansi yang
agresif atau skandal akuntansi yang mungkin akan terjadi. Manajemen laba dilakukan sebagai
pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk
mencapai beberapa tujuan tertentu.
2.2 Isu-isu dalam manajemen laba
Ahmad
riahi dan Belkaoui (2012, hlm.206) menyebutkan isu-isu manajemen laba sebagai
berikut:
1. Sangat mudah untuk menduga bahwa
manajemen laba bertujuan untuk memenuhi harapan dari analisis keuangan atau
manajemen (yang diwakili oleh peramalan laba oleh public).
2. Terdapat alasan yang baik untuk
memiliki kecurigaan bahwa manajemen laba bertujuan untuk memengaruhi kinerja
harga jangka pendek dengan berbagai cara.
3. Manajemen laba berakhir dan dapat
bertahan karena informasi yang asimertis, suatu kondisi yang disebabkan oleh
informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.
4. Manajemen laba terjadi dalam konteks
suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang
menentukan pembagian aturan diantara pemegang kepentingan.
5. Strategi perusahaan bagi manajemen
laba mengikuti satu atau lebih dari tiga pendekatan: (1) memilih dari
pilihan-pilihan fleksibel yang tersedia
dalam GAAP. (2) bergantung pada perkiraan subjektif dan pilihan aplikasi
yang ada dalam opsi, dan (3) menggunakan akuisisi serta disposisi aktiva dan
waktu untuk melaporkannya.
6. Permainan laba, atau lebih tepat
sebagai permainan laporan laba triwulanan mungkin menjadi alasan utama dalam
manajemen laba.
7. Manajemen laba merupakan suatu hasil
usaha untuk melewati ambang batas. Tiga ambang batas bagi para eksekutif
adalah:
a. Untuk melaporkan laba positif
b. Untuk menjaga kinerja saat ini
c. Untuk memenuhi harapan analisis,
khususnya analisis untuk peramalan laba.
8. Manajemen laba dapat berasal dari
hasil pemenuhan perjanjian dari kontrak
kompensasi implicit.
9. Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan :
aturan industri yang spesifik dan aturan antitrust
10. Karena adanya kebutuhan akan subsidi
dan perlindungan pemerintah sekaligus pula dengan adanya ketakutan akan investigasi
antitrust atau konsekuensi politik lainnya, para manajer mungkin mencari jalan
keluar dalam hal manajemen laba.
11. Penilaian perusahaan secara umum
diasumsikan menjadi salah satu sasaran manajemen laba.
12. Laba negatif secara tiba-tiba
umumnya lebih merugikan dari pada revisi ramalan negatif.
2.3 Motivasi
Melakukan Manajemen Laba dan Mekanisme Manajemen Laba.
Subramanyam dan John (2013, hlm.132), banyak alasan untuk melakukan manajemen laba, termasuk
meningkatkan kompensasi manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan,
meningkatkan harga saham, dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah. Insentif
utama untuk melakukan manajemen laba dibahas berikut ini:
-
Insentif perjanjian. Banyak perjanjian menggunakan angka
akuntansi. Misalnya perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus
berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan batas
bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas
bawah dan tidak mendapat bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas.
Hal ini berarti manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi
laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan
bawah ini. Jika laba yang belum diubah berada diantara batas atas dan batas
bawah, manajer memiliki insentif untuk meningkatkan laba.
-
Dampak harga saham. Insentif manajemen laba lainnya
adalah potensi dampak terhadap harga saham. Misalnya, manajer dapat
meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang
satu kejadian tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat
berharga, atau rencana untuk menjual saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga
melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi pasar akan resiko dan
menurunkan biaya modal.
-
Insentif lain. Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan
penelitian yang dilakukan badan
pemerintah, misalnya untuk ketaatan undang-undang antimonopoly dan IRS. Selain
itu perusahaan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah,
misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan asing. Perusahaan juga
menurunkan laba untuk mengelakkan permintaan serikat buruh.
Area
yang memberikan kesempatan optimal untuk manajemen laba mencakup pengakuan
pendapatan, penilaian persediaan, estimasi cadangan, seperti beban piutang tak
tertagih dan pajak tangguhan, dan beban yang hanya terjadi satu kali seperti
reskrukturisasi dan penurunan nilai aset.
Subramanyam
dan John (2013, hlm.133) menjelaskan dua metode utama manajemen laba yaitu
pemindahan laba dan manajemen laba melalui klasifikasi.
a. Pemindahan laba
Pemindahan
laba merupakan manajemen laba dengan memindahkan laba dari satu periode ke
periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau
menunda pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba ini biasanya
menyebabkan dampak pembalik pada satu atau beberapa periode masa depan. Sering
kali satu periode berikutnya.
b. Manajemen laba melalui klasifikasi
Laba
juga dapat ditentukan dengan secara khusus mengklasifikasikan beban (dan
pendapatan) pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk umum dari manajemen
laba melalui klasifikasi adalah memindahkan beban dibawah garis, atau
melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang, sehingga tidak
dianggap penting oleh analisis.
2.4
Implikasi Manajemen Laba Terhadap
Analisis Laporan Keuangan
Karena
manajemen laba mendistorsi laporan keuangan, identifikasi dan membuat
penyesuaian manajemen laba menjadi tugas penting dalam analisis laporan
keuangan. Namun, meskipun kekhawatiran mengenai manajemen laba meningkat,
manajemen laba tidak tersebar sejauh yang diasumsikan. Media keuangan senang
memusatkan perhatian pada kasus manajemen laba karena masalah ini enak dibaca.
Hal itu memberikan kesan yang salah pada pemakai bahwa manajemen laba dilakukan
setiap waktu.
Subramanyam
dan John (2013, hlm.135) menyebutkan bahwa sebelum menentukan apakah sebuah
perusahaan melakukan manajemen laba, seorang analisis harus memeriksa hal
berikut:
a.
Insentif
melakukan manajemen laba, manajemen laba tidak dilakukan kecuali jika terdapat insentif bagi manajer.
b.
Reputasi
dan masa lalu manajemen, perlu untuk menilai reputasi dan integritas manajemen.
Membaca laporan keuangan periode lalu, persyaratan SEC, laporan audit,
penggantian auditor, dan media keuangan memberikan informasi yang berguna untuk
masalah ini.
c.
Pola
yang konsisten, tujuan manajemen laba adalah memengaruhi angka paling bawah
seperti laba atau rasio utama seperti debt to equity atau interest coverage.
Perlu diverifikasi apakah komponen laba (atau neraca) tertentu telah diubah
untuk tujuan tertentu.
d.
Kesempatan
melakukan manajemen laba, sifat aktivitas usaha menentukan sejauh mana
manajemen laba dapat dilakukan. Jika sifat aktivitas usaha membutuhkan
penilaian yang cukup banyak untuk menentukan angka laporan keuangan, maka
semakin besar kesempatan untuk melakukan manajemen laba.
2.5
Manajemen Laba (Earnings Management) dalam
tinjauan etika islam
Etika
bisnis dalam kaitannya dengan ajaran Islam, berarti sebuah pemikiran atau
refleksi tentang moralitas yang membatasi kerangka acuannya kepada konsepsi
sebuah organisasi dalam ekonomi dan bisnis yang didasarkan atas ajaran Islam.
Etika bisnis Islam mengatur tentang sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau
tidak wajar, atau diperbolehkan atau tidaknya perilaku manusia dalam aktivitas
bisnis baik dalam lingkup individu maupun organisasi yang didasarkan atas
ajaran Islam. (pondokskripsi.wordpress.com/2009).
Nauranadhifaikhwana.blogspot.com,
menyebutkan bahwa Etika Islam memiliki aksioma-aksioma, yaitu:
a.
Unity (persatuan): konsep tauhid, aspek, semuanya milik Allah, dimensi
vertikal, hindari diskriminasi di segala aspek, hindari kegiatan yang tidak
etis.
b.
Equilibrium (keseimbangan): konsep adil, dimensi horizontal, jujur dalam
bertransaksi, tidak merugikan dan tidak dirugikan.
c.
Free Will (kehendak bebas): kebebasan melakukan kontrak namun menolak laizez
fire (invisible hand), karena nafs amarah cenderung mendorong
pelanggaran sistem responsibility (tanggung jawab), manusia harus
bertanggung jawab atas perbuatannya. Bila orang lain melakukan hal yang tidak
etis tidak berarti boleh ikut-ikutan.
d.
Benevolence (manfaat/kebaikan hati): ihsan atau perbuatan harus yang
bermanfaat.
Dalam
Nurhikmah.blogspot.com disebutkan kriteria-kriteria Islam secara umum yang
dapat memberi pengaruh dalam penentuan batas laba yaitu :
1. Kelayakan
dalam Penetapan Laba
Islam menganjurkan agar para pedagang tidak
berlebihan dalam mengambil laba. Ali bin Thalib r. a. berkata, “Wahai
para saudagar ! Ambillah (laba) yang pantas maka kamu akan selamat (berhasil)
dan jangan kamu menolak laba yang kecil karena itu akan menghalangi kamu dari
mendapatkan (laba) yang banyak .”
2.
Keseimbangan antara Tingkat Kesulitan
dan Laba
Islam
menghendaki adanya kesimbangan antara standar laba dan tingkat kesulitan
perputaran serta perjalanan modal. Semakin tinggi tingkat kesulitan
dan resiko, maka semakin besar pula laba yang diinginkan pedagang.
3. Masa
Perputaran Modal
Peranan modal berpengaruh pada standarisasi laba
yang diinginkan oleh pedagang, yaitu dengan semakin pajangnya masa perputaran
dan bertambahannya tingkat resiko, maka semakin tinggi pula standar laba yang
yang diinginkan oleh pedagang atau seorang pengusaha. Begitu juga dengan
semakin berkurangnya tingkat bahaya, pedagang dan pengusahapun akan menurunkan
standarisasi labanya. Setiap standarisasi laba yang sedikit akan membantu
penurunan harga, hal ini juga akan menambah peranan modal dan memperbesar laba.
4. Cara Menutupi Harga Penjualan
Jual beli boleh dengan harga tunai sebagaimana juga
boleh dengan harga kredit. Juga boleh dengan tunai sebagiannya saja dan
sisanya dibayar dengan cara kredit (cicilan), dengan syarat adanya keridhoan
keduanya (pedagang dan pembeli). Jika harga dinaikkan dan si penjual
memberi tempo waktu pembayaran, itu juga boleh karena penundaan waktu
pembayaran itu adalah termasuk harga yang merupakan bagian si penjual.
Dari penjelasan-penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan hanya boleh mengambil laba yang disesuai
dengan tingkat resiko yang telah diambil,
adapun informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan harus
diungkapkan dengan jujur, adil, dan dari informasi yang disampaikan tidak boleh
ada pihak yang dirugikan, dengan demikian maka praktik manajemen laba bisa
dikatakan tidak diboleh dalam islam karena melanggar etika bisnis dalam islam
yaitu adanya pihak yang dirugikan yaitu stakeholder dan tidak menyampaikan
informasi yang sebenarnya (tidak jujur) dalam praktek manajemen laba tersebut.
4.4
Apakah
manajemen laba itu baik atau buruk?
Semakin lengkap pengungkapan laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin menurunkan tingkat
penyelewengan dalam menyampaikan informasi keuangan perusahaan. Dan ini bisa
menyebabkan turunnya resiko yang terjadi karena adanya asimetri informasi. Oleh
karena itu jika suatu perusahaan melakukan creative accounting dengan cara
ilegal dan terbukti bersalah bisa dikatakan telah melakukan skandal akuntansi.
Pandangan tentang baik atau buruknya
manajemen laba masih menjadi perdebatan dan persoalan yang rumit. Menilai baik
atau buruknya manajemen laba tergantung pada teknik yang digunakan dalam
melakukan manajemen laba serta motivasi dan tujuan dilakukannya manajemen laba
tersebut.
Manajemen
laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi di sejumlah
perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi
secara legal maupun tidak legal. Praktik legal dalam manajemen laba berarti
usaha untuk mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan pelaporan
keuangan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), khususnya dalam
Standar Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode
pendapatan atau biaya. Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal
(disebut juga dengan financial fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak
diperbolehkan oleh Pedoman Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara
melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara
menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan
sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang
dikehendaki. (pondokskripsi.wordpress.com)
(Subramanyam dan John, 2013:130),
manajemen laba merupakan suatu realitas
akuntansi akrual yang enggan diterima oleh pemakai. Meskipun penting untuk
diketahui bahwa manajemen laba tidak dilakukan sejauh yang telah dipublikasikan
pers keuangan, tidak diragukan bahwa manajemen laba merusak kredibilitas
informasi akuntansi.
Eko Yulianto (2010), manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan
informasi laba dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan
kebijakan akuntansi agresif (positive discretionary accruals) mempunyai biaya
modal lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan
akuntansi konservatif (negative discretionary accruals).
Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan
informasi laba dalam pengambilan keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab
itu, diperlukan berbagai alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat
manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam
pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah baru. Manajemen
laba dapat menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai
laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai
angka laba tanpa rekayasa.
Dalam (accounting1st.wordpress.com),
manajemen laba merupakan suatu hal yang kontroversial bagi dunia bisnis dan
dunia akuntansi. Persoalan dalam praktik manajemen laba dimulai ketika
manajemen laba tersebut membawa pengaruh negatif dan cenderung menyesatkan
informasi dalam pelaporan keuangannya. Hal tersebut menyebabkan adanya suatu
pelanggaran terhadap kepercayaan masyarakat mengenai kinerja keuangan suatu
perusahaan yang melakukan pelaporan. Manajemen bagi manajer suatu perusahaan
memungkinkan dapat memicu terjadinya bahaya moral karena manajemen mempunyai
informasi asimetri yang bersifat “lebih” didalam lingkup internal perusahaan
sehingga membuat manajemen memiliki banyak kesempatan dalam mengelola informasi
juga manajer bisa dengan leluasa memilih metode yang dapat disesuaikan dengan
kebijakan yang lebih menguntungkan manajerial bahkan selain itu dapat juga cenderung
mendorong kearah ilegal. Dapat disimpulkan bahwa praktik manajemen laba
merupakan hal yang melanggar etika bisnis dalam jajaran manajemen. Dari sisi
akuntan kepentingan publik adalah tujuan utama sehingga dapat disimpulkan bahwa
praktik manajemen laba merupakan sesuatu yang melanggar etika bagi akuntan
karena akuntan tidak hanya semata-mata ahli dan mampu dalam memberikan pendapat
dan solusi kebijakan yang berlandaskan Prinsip Akuntansi Berterima Umum kepada
manajemen akan tetapi harus tetap memegang teguh melindungi kepentingan publik.
Praktik manajemen laba diperbolehkan
sepanjang dilakukan secara legal dan tidak bertentangan dengan aturan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode
pendapatan atau biaya. Namun hal ini banyak menuai kontroversi dan mengundang
berbagai pendapat dari berbagai kalangan (akuntan publik, akuntan pendidik,
penasihat investasi, akuntan manajemen, analis kredit) terkait dengan etika
profesi akuntansi serta moral diperbolehkannya manajemen laba atau tidak
terhadap manajemen laba.( www.jtanzilco.com)
Banyak pihak berpendapat bahwa
sepanjang manajemen laba dilakukan tanpa melanggar standar akuntansi keuangan,
praktik manajemen laba adalah sah (Yusuf & Badarudin, 2010:9) dalam www.jtanzilco.com . Manajemen perusahaan dan akuntan
tidak dapat disalahkan, karena manajemen laba dengan cara tersebut bukan
perbuatan curang. Manajemen laba akan berubah menjadi perbuatan curang jika ada
kesengajaan manajer atau akuntan melanggar standar akuntansi, misalnya dalam
bentuk manipulasi data, perhitungan dan pelaporan. Manajemen laba melalui
manajemen akrual pada dasarnya akan hanya mempengaruhi angka laba di atas
kertas dengan memanfaatkan aturan akuntansi yang fleksibel. Praktik manajemen
laba hanyalah upaya “mempermainkan” angka laba di atas kertas, dan tidak
menimbulkan kerugian materi bagi siapa pun.
Permainan angka laba di atas kertas
ini dilakukan oleh manajemen dengan memanfaatkan fleksibilitas standar
akuntansi yang tersedia. Hal ini dimungkinkan karena standar akuntansi cukup
memberikan peluang kepada manajer untuk mencatat fakta tertentu dengan cara
yang berbeda, serta peluang untuk menggunakan subjektivitas dalam melakukan
estimasi akuntansi. Namun, meski demikian banyak
kalangan tidak sependapat bahwa manajemen laba merupakan sesuatu yang wajar dan
diperbolehkan sepanjang tidak menyalahi aturan Standar Akuntansi Keuangan
karena praktik manajemen laba merupakan perilaku yang berimplikasi pada hilangnya
kredibilitas laporan keuangan, menambah bias informasi dalam laporan keuangan,
sehingga mengganggu pengguna laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa dan ini merupakan hal yang
tidak dapat diterima.
Disamping itu manajemen laba juga tidak sesuai dengan karakteristik kualitas laporan
keuangan dalam hal keandalan dan netralitas. Dimana laporan keuangan itu
harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau
jujur (faithful representation) dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan dan
dalam kaitannya dengan netralitas, dimana informasi harus diarahkan pada
kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak tertentu, tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain
yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Di sisi lain meskipun tidak ada
pihak yang merasa dirugikan secara langsung namun dari aspek hukum, praktik
manajemen laba dapat mencurangi kepentingan pihak lain dengan melakukan
pilihan-pilihan akuntansi secara sistematis dan yang terpenting adalah niat
serta motivasi dari tindakan manajemen laba didasari atas kepentingan pribadi
atau golongan dalam rangka memperoleh manfaat lebih cepat dan menunda pemberian
manfaat bagi yang lain.
Praktek manajemen laba dapat
mengakibatkan kerugian bagi pihak stakeholder dan juga bisa menurunkan kualitas
dari informasi akuntansi yang disampaikan dalam laporan keuangan karena tidak
menyampaikan informasi yang sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum jika dilihat
dari segi karakteristik kualitatif laporan keuangan manajemen laba bisa
menyebabkan informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan tidak relevan dan
tidak bisa diandalkan. Manajemen laba juga dapat menyebabkan adanya kerugian
oleh pihak-pihak lain, misalnya stakeholder yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
Secara umum, manajemen laba dikatakan
suatu perbuatan atau tindakan yang menyimpang, walaupun beberapa penjelasan
menyebutkan bahwa selama manajemen laba itu tidak melanggar prinsip pelaporan
keuangan didalam PABU maka tidak merupakan suatu perbuatan yang menyimpang,
akan tetapi tetap saja dengan perbuatan tersebut akan menyebabkan tidak
tercapainya karakteristik kualitatif dari laporan keuangan dan merusak kredibilitas informasi akuntansi yang disampaikan
dalam laporan keuangan.
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut:
-
Kepada
penyusun laporan keuangan agar tidak melakukan manajemen laba dan memberikan
informasi keuangan apa adanya sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga
karakteristik kualitatif informasi akuntansi tercapai.
-
Kepada
investor dan calon investor, kreditor, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan agar lebih berhati-hati dan teliti dalam menganalisis earning
power perusahaan-perusahaan dan tidak terpaku pada indikator laba pada
laporan keuangan perusahaan.
-
Kepada
Bapepam-LK agar meningkatkan pengawasan, melakukan penelitian secara berkala
terhadap laporan keuangan perusahaan publik, mengupayakan penyempitan ruang bagi
manajemen agar tidak melakukan manajemen laba, serta menindak tegas perusahaan
yang melakukan manajemen laba, terutama yang berdampak merugikan.
-
Kepada
masyarakat akademisi agar terus melakukan penelitian-penelitian terkait
manajemen laba, faktor-faktor pendorongnya, serta dampak-dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Riahi,
Ahmed, dan Belkaoui.2012.Accounting
Theory.Jakarta: Salemba empat.
Subramanyam,
K.R. dan John j.Wild.2013.analisis
laporan keuangan.Jakarta: Salemba empat.
Sulistiawan,
Dedhy, dkk.2011.creative accounting
mengungkap manajemen laba dan skandal akuntansi.Jakarta:Salemba empat.